BAPPEDA JABAR - Warga Desa Kedungwungu Keluhkan Pencemaran Limbah Pertamina
Warga Desa Kedungwungu Keluhkan Pencemaran Limbah Pertamina
22 December 2015 19:11

INDRAMAYU, (PRLM).- Warga Desa Kedungwungu Kecamatan Krangkeng Kabupaten Indramayu mengeluhkan limbah Pertamina yang diduga mencemari sumur dan sawah. Sejak tiga tahun terakhir, radius pencemaran meluas sehingga mereka menuntut penghentian pembuangan.

Mewakili ribuan warganya yang terdampak limbah, delapan warga mengadukan keluhannya kepada Komisi B DPRD Kabupaten Indramayu, Selasa (22/12/2015). Mereka pun membawa sampel air dari sumur, sawah, dan balong serta tanah yang tercemar.

Taufik, warga Desa Kedungwungu, menduga sumber pencemaran berasal dari limbah yang dibuang melalui sumur minyak yang sudah mati. “Jadi, limbah dibuang melalui pipa yang dipasang di sumur minyak mati dan didorong ke dalam tanah yang mungkin kedalamannya ratusan meter,” katanya.

Akibat pembuangan ke dalam tanah itu, kata Taufik, tanah dan air bawah tanah pun ikut tercemar, seperti yang dialami sumur-sumur milik warga.

Menurut dia, jumlah sumur minyak Pertamina, baik yang aktif maupun yang sudah mati, lebih dari sepuluh yang tersebar di seluruh Desa Kedungwungu, yaitu di Blok Desa, Dukuhguna, Karanganyar, Cangkrung, dan Kembanggadung.

“Desa lain juga masih banyak, tapi kiriman limbah dari Desa Kedungwungu,” katanya.

Menurut dia, petani masih bisa tanam padi ketika musim rendeng karena air tawar dari hujan dan saluran irigasi masih banyak. Namun, untuk tanam kedua, air hujan dan irigasi mulai seret sehingga pemupukan harus lebih banyak.

“Tapi, padi ketika masih megar sudah tercemar. Hasil panen hanya kurang dari 50 persen yang biasanya bisa 7 ton jadi 3 ton,” ujarnya.

Hambali, warga lainnya, menilai setiap tahun pencemarannya semakin luas. “Tahun lalu, sawah saya yang berjarak 400 meter dari titik sumur limbah tidak tercemar. Tahun ini sawah saya kena juga,” ucapnya.

Dia mengatakan, air sumur, sawah, dan balong warga itu berwarna, berasa, dan berbau minyak.

“Dari bau saja tidak enak, keruh, dan rasanya asin pahit. Jangankan untuk minum, untuk wudu saja tidak bisa karena kesat dan perih jika terkena mata,” ujarnya.

Sawah yang tercemari limbah, ungkap Hambali, mulai tidak produktif, bahkan tidak bisa ditanduri. Warga sudah berkali-kali melapor ke pemerintah desa, tetapi tak ada tindak lanjutnya.

Akludin, warga lainnya, mengaku pernah mengadukan masalah tersebut ke Pertamina Mundu pada awal tahun ini. Namun, pihak Pertamina melempar masalah ke Dinas PSDA Kabupaten Indramayu yang sampai saat ini belum juga ada kejelasan.

“Beberapa bulan berikutnya, PSDA datang ambil sampel, tapi warga tidak dilibatkan. Hasil lab dari PSDA pun tidak ada. Makanya kami datang ke Komisi B karena sudah mentok,” ujarnya.

Selain masalah limbah, ungkap Akludin, warga setempat tidak pernah dikaryakan untuk bekerja di Pertamina.

“Kami hanya menjadi penonton. Kena limbah, bising, dan debu. Ikan banyak yang mati. Itu menandakan air di daerah tersebut sudah tidak bagus,” katanya.

Warga lainnya, Ibrohim mengeluhkan harga tanah yang turun 50 persen. Padahal, lima tahun lalu harga tanah di daerahnya masih tinggi karena jika tanam apa pun, hasilnya akan bagus.

“Sekarang paling bisa padi. Itu pun tanam harus agak jauh dari titik sumur limbah dengan hasil panen paling 3 ton. Kalau yang dekat sumur limbah sama sekali tidak bisa ditanami,” katanya.

Untuk itu, kata Ibrohim, warga bersepakat menuntut Pertamina agar menghentikan pembuangan limbah tersebut. Warga khawatir pencemaran itu akan merusak kesehatan warga dan masa depan generasi muda.

Anggota Komisi B DPRD Kabupaten Indramayu Azun Mauzun menyatakan aduan masyarakat ini akan menjadi pijakan awal bagi dewan untuk menegur Pertamina dan PSDA.

Dia mengaku akan mendatangi Dinas PSDA Kabupaten Indramayu dan Pertamina untuk memintai keterangan terkait sampel yang pernah diambil, tetapi tak ada eksposenya.

“Mungkin mereka (PSDA-red) ditipu ketika ambil sampel. Yang diambil mungkin air yang bagus. Itu karena tidak melibatkan dan didampingi warga,” ucapnya.

Azun menduga pencemaran limbah semakin parah lantaran limbah Pertamina se-Indramayu dibuang ke Desa Kedungwungu. Oleh karena itu, dia akan berjuang agar Pertamina menghentikan pembuangan limbahnya ke Desa Kedungwungu.

“Limbah ini didorong ke perut bumi, dampaknya buruknya luar biasa. Harus distop. Kalau hanya ganti rugi, hanya sesaat padahal dampaknya seumur hidup bagi warga,” katanya.

Dia akan terus memantau dan mendampingi warga terkait masalah limbah ini sampai tuntas. Bahkan, pihaknya akan mengundang Walhi untuk turut menginvestigasi masalah ini.

Akan tetapi, Azun berpesan agar warga tetap kompak sampai akhir dan jangan mau dibungkam oleh rupiah.

“Biasanya, kompak di awal, tapi di tengah perjuangan malah goyah. Saya ingatkan jangan sampai itu terjadi,” ujarnya.

Copyright © Humas Bappeda Provinsi Jawa Barat 2022