BAPPEDA JABAR - Urai Kemacetan Nagreg, Infrastruktur Harus Diselesaikan
Urai Kemacetan Nagreg, Infrastruktur Harus Diselesaikan
03 July 2017 09:52

 

KAB. BANDUNG – Jalur Nagreg di Kabupaten Bandung menjadi jalur utama arus mudik dan balik Lebaran setiap tahunnya di wilayah Selatan. Jalur ini selalu padat karena dilintasi oleh sebagian besar pemudik dari Jakarta menuju Tasikmalaya, Garut, serta berbagai daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Menurut Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher), ke depan jalur ini perlu diwaspadai agar tidak terjadi masalah serius, terutama saat arus mudik dan balik Lebaran. Untuk itu, Aher menekankan masalah infrastruktur jalan perlu dipercepat pembangunannya.

Jalur lingkar Nagreg yang telah dibangun, menurut Aher hanya bisa menyelesaikan masalah di sekitar Nagreg saja. Selain itu, jalan yang menyempit atau bottle neck, semula empat lajur menjadi dua atau bahkan satu lajur jalan menjadi persoalan lain apabila jalan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat ini tidak diperlebar.

“Tentu dalam jangka panjang harus diselesaikan masalah infrastruktur ya. Dimana Lingkar Nagreg hanya menyelesaikan kemacetan di Nagreg. Ketika (kendaraan) masuk menjadi satu jalan lagi ya akan jadi satu jalan lagi,” tutur Aher usai mendampingi Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Kesehatan Nila F Moeloek, dan Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian meninjau arus balik di Pos Pelayanan Lebaran 2017 Cileunyi, Kabupaten Bandung, Jumat (30/6/17).

Aher menyatakan pihaknya sejak tahun lalu tengah mengajukan pelebaran jalan dan pembangunan tol baru untuk jalur Selatan Jawa Barat ini. Tol baru dengan nama Cigatas (Cileunyi-Garut-Tasikmalaya) diharapkan menjadi infrastruktur baru yang mampu menyelesaikan persoalan lalu lintas di jalur Selatan terutama saat arus mudik dan balik Lebaran.

“Ke depan — kita sudah semenjak tahun kemarin kita mengusulkan kepada (Pemerintah) Pusat — ini kan jalan (Pemerintah) Pusat — untuk segera ada pelebaran jalan. Tapi panjang juga ya, sampai Tasik pelebaran jalannya. Harus menyeluruh,” kata Aher.

“Harus ada pelebaran jalan atau dibuat jalan layang di atas jalan yang ada. Itu dalam jangka panjang. Dalam jangka pendek ya manajemen traffic yang harus dipantau. Sekaran sudah bagus,” lanjutnya.

Manajemen traffic ini diperlukan untuk kondisi situasional, seperti arus mudik dan balik Lebaran. Karena untuk hari-hari biasa di jalur Selatan, seperti dari Nagreg sampai Gentong relatif lancar. Manajemen traffic seperti penerapan jalan satu arah ketika kepadatan terjadi, efektif mengurai kemacetan dan kepadatan kendaraan.

“Nah, selain pelebaran jalan untuk solusi jangka panjang juga bisa Tol Cigatas. Izin dan proyeknya harus masuk ke rencana nasional. Kita sudah memasukan Cigatas ke rencana nasional tinggal di nasional diterapkan nanti baru jalan (proses pembangunan),” ungkap Aher.

Aher juga menjelaskan kepadatan saat Lebaran terjadi karena ada beberapa aktivitas warga secara bersamaan. Jalur Selatan merupakan jalur bagi pemudik pada saat arus mudik dan balik. Pada saat yang sama jalur ini juga menjadi jalur utama menuju tempat-tempat wisata di daerah Garut, Tasikmalaya, hingga Pangandaran.

“Yang wisata dan mudik itu bareng-bareng. Bahkan yang wisata itu tidak hanya orang Jawa Barat, orang dari luar Jawa Barat juga wisata ke Jawa Barat. Perlu diingat tahun 2016 yang lalu, wisatawan dalam negeri non-Jawa Barat yang masuk ke Jawa Barat itu 58 juta, melebihi jumlah penduduk Jawa Barat,” ujar Aher.

Sementara itu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan bahwa pihaknya berkomitmen untuk menyelesaikan masalah di Nagreg. Namun, Budi menambahkan ada masalah lain dimana pihaknya tidak bisa mengontrol secara langsung. Hal ini menjadi penyebab lain dari kepadatan yang selalu terjadi di jalur Selatan.

“Bus tidak ber-sticker, yang kedua adalah sepeda motor yang berlebihan dari jarak jauh. Yang ketiga, himbauan kita yang bus yang beroperasi. Supaya itu bisa menjadi perhatian kita bersama khususnya Polri,” kata Budi.

“Sehingga ada penindakkan bus yang tidak ber-sticker. Himbauan terhadap motor dan himbauan terhadap truk kalau dia (pengemudi truk) itu melalui tempat-tempat yang tidak pada mestinya dan saat itu membuat macet,” lanjutnya.

Namun demikian, Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengaku secara umum arus mudik Lebaran 2017 ini lancar. Permasalahan yang terjadi tahun lalu ada di dua tempat, yaitu jalur Gentong-Nagreg dan jalur pertemuan antara Tol Cipularang dan Cipali menuju Cikampek.

Untuk arus balik, pihak kepolisian akan fokus untuk menyelesaikan masalah di Nagreg, pasar, serta beberapa tempat wisata dan kuliner. Terlebih lagi, Tito menambahkan saat ini belum ada penyelesaian infrastruktur yang signifikan di Gentong dan Nagreg.

“Alhamdulillah lancar semua arus mudik. Nah, untuk Gentong-Nagreg ini ada permasalahan topografi (jalan) yang berkelok-kelok dan yang kedua adalah adanya pasar, restoran, lalu berhenti untuk selfie, dan lain-lain,” kata Tito.

“Artinya tahun ini kita harus tangani dengan cara-cara yang lebih banyak manualnya. Seperti pengaturan pasar agar tidak ke jalan mengganggu arus lalu lintas balik. Kemudian yang kedua, kita berlakukan manajemen lalu linta yaitu satu jalur ketika terjadi kepadatan, buka-tutup jalan,” paparnya.

Tito menghimbau bagi pemudik dari Bandung yang akan menuju Garut dan Tasikmalaya agar berangkat pada pagi hari. Hal ini untuk memberi kesempatan bagi pemudik balik dari Garut dan Tasikmalaya menuju Bandung. Arus balik akan meningkat pada siang hari hingga malam terutama jelang akhir pekan ini.

“Saran kepada masyarakat yang lain yang akan arus balik. Kalau arus dari Bandung menuju ke arah Garut-Tasikmalaya berbesar hati gunakan pagi hari. Hindari siang dan malam hari. Selama Jumat-Sabtu dan Minggu ini,” jelas Tito.

Sementara angka kecelakaan pada arus mudik tahun ini di jalur Selatan Jawa Barat menurun signifikan. Angka kecelakaan turun hingga 47%, korban meninggal dunia turun 68%, luka berat turun 20%, dan luka ringan turun 52%. (Humas Jabar)

Copyright © Humas Bappeda Provinsi Jawa Barat 2022