BAPPEDA JABAR - Perekonomian Indonesia Pada 2016 Lebih Baik
Perekonomian Indonesia Pada 2016 Lebih Baik
20 January 2016 21:08

Jakarta, (PR).- Ekonomi Bank Negara Indonesia (BNI) Ryan Kiryanto mengaku, optimistis perekonomian Indonesia pada taun 2016. Tahun 2016 dipandang lebih akomodatif dan lebih rileks karena pemerintah tidak dibayang-bayangi lagi ketakutan rencan kenaikan tingkat suku bunga The Fed.

“Tahun 2016 saya optimistis perekonomian jauh lebih baik dari tahun 2015,” kata Ryan saat diskusi dengan tema “Potensi dan Tantangan Infrastruktur untuk Pertumbuhan Ekonomi” yang diselenggarakan Komunitas Pewarta Ekonomi Jakarta (kompek) Di Jakarta, akhir pekan lalu.

Disebutkan, pada tahun 2016 ini pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan 5,3% sedangkan pada tahun 2015 pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 4,7%.

Pada 2016 ini stabilitas nilai tukar rupiah dengan makro prudensial masih terjaga.

Selain itu, adanya ruang penurunan tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) hingga 2-3 kali dalam tahun ini di mana setiap penurunan BI rate diharapkan sekitar 25 basis poin. Meski demikian, BI tetap menjaga kehati-hatian.

Di awal tahun ini saja, kata Ryan, BI sudah menurunkan BI rate 25 basis poin, meski begitu BI rate masih terbuka untuk bisa menurunkan lagi 2-3 kali lagi dan tiap menurunkan diperkirakan 25 basis poin. Selain itu, adanya kebijakan makro yang potensial dan akomodatif untuk mendukung pertahanan ekonomi.

“Percepatan pembangunan insfrastruktur baik fisik maupun nonfisik akan mendorong perekonomian. Karena, bila ada pembangunan fisik, pekerjakan mendapatkan upah dan upah itu pasti digunakan buat kebutuhan sehari-hari mereka dan tentu ekonomi akan bergerak,” katanya.

Ryan mengatakan, pada tahun 2016 ini pengaruh eksternal untuk perekonomian masih ada. Dengan demikian, faktor eksternal ini harus cermati.

Misalnya rencana The fed hingga tahun2017 yang akan menurunkan tingkat suku bunganya hingga 2,5%. Kemudian yang menjadi kendala adalah kejatuhan “Harga komoditas global yang membuat nilai ekspor Indonesia terkoreksi,” ujarnya.

Menurut Ryan, keputusan menurunkan BI rate merupakan respon bank sentraluntuk mendukung percepatan pertumbuhan sektor infrastruktur. “Tahun ini driver-nya ruang penyesuaian suku bunga. BI terbuka, tetapi tetap menjaga prinsip kehati-hatian,” tuturnya.

Namun demikian, jelas Ryan, upaya bank sentral mendukung sektor fiskal mesti dibarengi peningkatan intensitas mengawal stabilitas rupiah serta memperbaiki supply dan demand valuta asing.

Ryan mengungkapkan, setelah isu kenaikan fed fund rate memiliki kepastian, saat ini sentiment negatif bagi ekonomi domestik bersumber dari dinamika ekonomi Tiongkok yang dalam tren perlambatan dan penurunan harga komoditas global.

Copyright © Humas Bappeda Provinsi Jawa Barat 2022