Inilah, Purwakarta.- Pemkab Purwakarta akan menjadikan 15 kampung budaya yang tersebar di enam desa menjadi wilayah yang tak akan terjamah oleh sinyal seluler (blankspot). Ke depan, di kampung tersebut akan terdapat zona yang bebas dari jaringan telekomunikasi. Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi menilai, ada sebagian masyarakat yang cenderung membutuhan tempat-tempat sepi supaya tak terganggu kebutuhan teknologi. Seperti kalangan menengah ke atas yang jenuh dengan rutinitas hariannya. “Tak semuanya selalu butuh teknologi. Mereka pun ingin merasakan hidup tenang tanpa ada gangguan,” ujar Dedi, Minggu (19/6/2016). Menurut Dedi, sejak teknologi berkembang dengan cepat, kebutuhan masyarakat terhadap telepon seluler dan jaringan internet meningkat pesat. Dulu, kata dia, alat telekomunikasi itu hanya dimiliki kalangan atas. Akan tetapi saat ini sudah merambah ke pelosok kampung. “Mayoritas masyarakat sudah ketergantungan dengan sinyal, misalnya untuk kebutuhan telepon seluler maupun intenet. Padahal, di balik kecanggihan teknologi ini tetap saja ada sejumlah kalangan ingin memiliki privatisasi,” jelas dia. Menurut dia, kalangan seperti ini rela membayar mahal untuk berwisata ke sejumlah daerah yang tidak terjangkau oleh sinyal. Karena dengan tidak adanya sinyal ini mereka bisa berelaksasi dengan alam tanpa diganggu oleh siapapun. “Di negara maju, seperti Jepang dan Singapura, hotel dan rumah sakit yang tarifnya mahal itu justu yang tidak ada sinyalnya,” kata dia. Dengan begitu, dia yakin zona blank spot ini ke depan akan jadi kebutuhan. Karena itu, pihaknya meminta supaya perusahaan operator telekomunikasi untuk tidak memasang tower BTS di sekitar 15 kampung budaya tersebut. Selain menjadi lokasi wisata baru, tambah dia, tidak adanya akses teknologi ke perkampungan itu diharapkan kearifan lokal dari kampung budayanya tetap lestari. Supaya adat dan kebudayaan di kampung itu tak tercemari arus modernisasi. “Kampung budaya bisa lebih maju, karena bisa mempertahankan kearifan lokalnya. Tapi, ketika teknologi masuk, justru akan menjadikan masyarakat di kampung itu menjadi konsumtif,” pungkasnya.