BAPPEDA JABAR - Museum Nabi
Museum Nabi
14 June 2016 00:22

Inilah.- RASA lelah akibat perjalanan jauh Bandung-Jakarta-Kairo-Makkah terobati ketika Dr Naser bin Musfir Alzahrani menyatakan persetujuannya membangun replika Museum Assalamualaika Ayyuhan Nabi di Kota Bandung. Museum itu akan berdiri di masjid terapung yang akan dibangun di kawasan Gedebage.

Replika Museum Nabi itu akan menambah istimewa masjid terapung yang nantinya akan jadi salah satu bangunan monumental di Jawa Barat. Pemerinah Provinsi Jawa Barat sangat serius dalam mewujudkan hal ini.

Begitu seriusnya sehingga dalam perjalanan kali ini kami sertakan pula Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Setda Jabar, Denny Juanda Puradimaja, Asda III Bidang Kesra Ahmad Hadadi, Kepala Dinas Pemukiman dan Perumahan Bambang Rianto, serta Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Ferry Sofwan. Kadisnakertrans urusannya nanti, lebih fokus pada tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Jabar di Tanah Arab.

Ini hasil perjalanan yang istimewa. Berhasil karena saya meyakini niat baik akan selalu membuahkan hasil yang baik. Niat kami adalah mengistimewakan rumah Allah Swt yang akan kami bangun di Gedebage untuk masyarakat Jawa Barat.

Replika Museum Nabi tentu bukan hal utama dari pembangunan masjid tersebut. Tapi, tak ada yang membantah kepentingannya. Sebab, di museum itu nantinya para pengunjung bisa mempelajari Islam, ajaran dan perjalanannya, dengan murni.

Jawa Barat bukan satu-satunya yang meminta izin pembangunan replika museum tersebut. Kabarnya, ada 30 negara yang juga mengajukan hal serupa. Mulai dari Tiongkok, India, hingga Malaysia.

Kita, Jawa Barat, termasuk yang istimewa. Sebab, Dr Naser yang jadi Kepala dan Pembina Museum Assalamualaika Ayyuhan Nabi, tak hanya memberi izin. Beliau, seperti yang disampaikan Pak Denny Juanda, juga mengapresiasi dan siap mendampingi proses pembangunan dari awal sampai akhir.

Bukankah itu sebuah berkah untuk Jawa Barat? Dengan pendampingan Dr Naser, tentu kita harapkan pembangunan museum yang akan dilakukan di atas lahan seluas 2,5 hektare itu, bisa dibangun secara tepat dan cepat.

Sebagaimana kita ketahui, pembangunan masjid terapung itu saja sudah termasuk salah satu rencana fenomenal masyarakat Jawa Barat. Tentu akan jadi lebih fenomenal lagi jika disertai dengan Museum Assalamulaika Ayyuhan Nabi itu.

Buat kita, hal utama dari pembangunan masjid terapung, juga segala perangkat pendukungnya, termasuk museum tersebut, adalah diniatkan untuk mensyiarkan Islam, keyakinan yang dianut sebagian besar masyarakat Jawa Barat. Karena itu, kita meyakini pula, bahwa pembangunan ini akan disambut dan dinikmati sebagian besar masyarakat Jabar nantinya.

Selain fungsi utama itu, tentu akan muncul pula fungsi-fungsi sekunder hingga tersier. Fungsi sekundernya, barangkali bisa menjadi tempat melakukan kajian yang lebih dalam terhadap keyakinan sebagian besar masyarakat Jabar. Kita harapkan di sana nanti segala kegiatan terkait syiar Islam bisa dipusatkan untuk Jawa Barat.

Fungsi tersiernya yang sangat mungkin tak kalah bermanfaatnya, saya meyakini, akan dinikmati pula oleh masyarakat Jabar. Sama seperti PON XIX/2016 yang kita jadikan bukan hanya sebagai kompetisi olahraga, tapi juga membawa manfaat sampingan bagi ekonomi kerakyatan masyarakat Jabar. Seperti itu juga peluang yang muncul dari pembangunan masjid terapung dengan museum tersebut.

Seperti kita ketahui, pemerintah saat ini sedang menggenjot sektor industri pariwisata sebagai sumber ekonomi bangsa, di samping minyak dan gas bumi, batubara, dan manufaktur. Sayangnya, meski setiap akhir pekan Jabar, khususnya Kota Bandung, menjadi sasaran wisatawan domestik, tak satupun kawasan di Jabar yang jadi konsentrasi pengembangan sentra wisata baru secara nasional.

Pemerintah menyebut sedang membangun 10 Bali Baru, destinasi wisata yang bisa mendekati dan berdampingan dengan kisah sukses Bali. Tak satupun titik di Jabar yang masuk dalam daftar 10 destinasi itu. Yang ada malah Tanjung Lesung, Pulau Seribu, Danau Toba, Lombok, Raja Ampat, dan sebagainya.

Hilangkah peluang Jabar? Tidak juga. Sebab, pada saat yang bersamaan, pemerintah juga menumbuhkembangkan apa yang mereka sebut halal destination. Daerah tujuan wisata yang berbasis pada wisata halal.

Inilah yang menurut saya, mungkin bisa dikembangkan dengan pembangunan masjid terapung dan replika museum nabi tersebut. Sebab, hal ini pulalah yang ternyata dibangun dan membuat kukuh bangunan ekonomi wisata di Lombok, misalnya.

Lombok bukan hanya menjual Mandalika dengan pantai yang eksotis. Mereka juga akan membangun masjid yang agung dan megah, Masjid Raya Mandalika. Kehadiran Masjid Raya Mandalika akan kian mengukuhkan Lombok dengan sebutan Negeri Sejuta Masjid.

Kebetulan pula, Bandung termasuk salah satu kota yang dipilih Kementerian Pariwisata menjadi salah satu pengembangan destinasi halal. Awal bulan ini sudah mulai dilakukan penjajakannya. Selain Bandung, hal serupa sebelumnya juga sudah dilakukan di Aceh, Padang, Makassar, dan DKI Jakarta.

Maka, pembangunan masjid terapung dan museum nabi, akan memperkaya pula destinasi halal di Kota Bandung. Sebelumnya, Kota Bandung sudah memiliki Masjid Raya Provinsi Jabar yang setelah mengalami pemolesan di sana-sini, harus kita akui, kian menarik perhatian. Ketertarikan orang terhadap tempat beribadah tersebut sekaligus menjadikannya sebagai salah satu tempat beribadah yang diinginkan.

Jika kita berbicara soal potensi ekonomi destinasi halal, kita tak perlu ragu. Apalagi setelah kita membaca data-data yang disodorkan Kementerian Pariwisata. Tahun lalu, jumlah wisatawan muslim Nusantara yang melakukan perjalanan adalah 255 juta dengan total pengeluaran mencapai Rp203,61 triliun.

Pertumbuhannya terus mengalami peningkatan. Pengeluaran wisatawan Muslim Nusantara pada tahun 2011 sebesar Rp160,3 triliun, tahun 2015 menjadi Rp179,2 triliun. Pada tahun 2011 sampai dengan 2015 mengalami kenaikan sebesar 7% untuk rata-rata pertumbuhan capaian. Sedangkan pada tahun 2015 sampai dengan 2019 mengalami kenaikan sebesar 5% untuk rata-rata pertumbuhan target.

Selain wisatawan Nusantara, yang tak kalah potensialnya adalah wisatawan dari negara-negara yang sebagian besar warganya muslim. Mulai dari Uni Emirat Arab, Mesir, Arab Saudi, Malaysia, hingga pemeluk-pemeluk Islam di bagian selatan Tiongkok. Percaya atau tidak, soal belanja, wisatawan dari jazirah Arab terhitung paling tinggi dibanding wisatawan internasional manapun.

Itu sebabnya, pemerintah sekarang melakukan kampanye besar-besaran destinasi halal ke berbagai negara tersebut. Hanya saja, dalam kampanye itu, Jawa Barat masih jadi pelengkap saja. Bukan pemain utama. Pemain utamanya tetap Lombok di Nusa Tenggara Barat, Sumatera Barat, dan Aceh. Mudah-mudahan, dengan mulai dibangunnya masjid terapung dan museum nabi, Jabar bakal masuk peta inti destinasi halal di Indonesia. (Ahmad Heryawan)

Copyright © Humas Bappeda Provinsi Jawa Barat 2022