BANDUNG — Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya targetkan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) sebanyak 15 juta di tahun ini. Pun hal tersebut merupakan langkah demi mengajar target 20 juta wisatawan di tahun 2019. Arief percaya diri dengan target tersebut mengingat capaian kunjungan wisman yang masuk ke Indonesia pada tahun 2016 yang mencapai 12.023.971 orang. Oleh karena itu, sambung Arief, target kunjungan wisata tersebut perlu didukung sumber daya profesional di bidang pariwisata. Sementara untuk menyiapkam sumber daya manusia di pariwisata tersebut, dibutuhkan lembaga pendidikan seperti sekolah vokasional, ataupun sekolah tinggi yang mengambil konsentrasi pada bidang pariwisata. “Dibutuhkan sekolah seperti Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bandung ini, untuk mengolah SDM di bidang pariwisata,” ungkap Arief Yahya pada kegiatan wisuda Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bandung, di Dome STP Bandung, Jalan Setiabudhi, Senin (14/03/2017). Pun pada kesempatan tersebut Arief mewisuda langsung sebanyak 499 lulusan Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bandung. Mahasiswa yang di wisuda diantaranya 71 orang mahasiswa Program Strata 1, Program Diploma IV sebanyak 128 orang, dan Mahasiswa Program Diploma III sebanyak 297 orang. Selanjutnya Arief juga mengatakan bahwa saat ini pariwisata sudah menjadi industri mainstream. Artinya, sudah menjadi industri yang diandalkan dalam meraup devisa negara. Ia optimistis pada 2019 nanti, pariwisata menjadi penghasil devisa nomor satu. “Pariwisata akan mengalahkan migas, pariwisata kini kontribusinya terus menerus. Kami berharap, pariwisata bisa memberikan kontribusi 15 persen pada Produk Domestik Bruto (PDB),” imbuhnya. Senada Arief, Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar mengungkapkan perlunya sumber daya manusia di bidang pariwisata yang mampu berkompetisi secara global. “Sustainable development goal adalah pembangunan di Jawa Barat yang juga diantaranya menekankan pada human development dan enviromental development, atau pembangunan lingkungan. Ini tentu selaras dengan misi pengembangan pariwisata, inilah industri pariwisata yang bertanggung jawab,” jelasnya. Deddy mencontohkan misalnya wisata alam, ziarah, maupun kawasan wisata terpadu, tetap harus selaras dan serasi dengan lestarikan lingkungan. Terlebih potensi yang ada harus memberikan efek pembentukan ekonomi inklusif pelestarian seni budaya, sehingga terciota kesejahteraan yang merata. “Jadi masyarakat sekitar kawasan wisata juga harus terdampak efek positifnya,” imbuh Deddy. (Humas Jabar)