BAPPEDA JABAR - Menanti Kolam Cieunteung Atasi Banjir Bandung Selatan
Menanti Kolam Cieunteung Atasi Banjir Bandung Selatan
15 March 2016 16:48

Bandung, Antarajabar.com.- Wilayah Cieunteung, di Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, yang bisa disebut sebagai penghubung kabupaten itu dengan Kota Bandung, selalu menjadi berita dengan banjirnya setiap musim hujan.

Tak ada musim hujan tanpa banjir di Cieunteung.

Menurut Bupati Bandung Dadang Naser, daerah Cieunteung bersama Gedebage dan Tegalluar, di Kota Bandung, merupakan daerah dengan elevasi terendah di wilayah Bandung. Daerah itu sebenarnya tidak cocok untuk tempat tinggal karena memang merupakan daerah luapan air ketika musim hujan.

Bahkan disebut bahwa Cieunteung, yang jaraknya sekitar 10 KM dari pusat kota Bandung, adalah palung saat Bandung masih berupa danau purba.

Pada Maret 2016, banjir di Cieunteng makin menjadi. Judul berita bukan lagi Banjir Cieunteung, tapi Banjir Bandung Selatan.

Menurut data yang ada, sekitar 35 ribu rumah di Kecamatan Dayeuhkolot, Baleendah, dan Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, terendam banjir akibat luapan Sungai Citarum, dan dinyatakan sebagai yang terparah dalam 10 tahun terakhir.

“Banjir kali ini bisa dikatakan paling parah selama 10 tahun terakhir, ada beberapa lokasi yang ketinggian airnya mencapai 3,3 meter,” kata Koordinator Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kabupaten Bandung Dadang Wahidin.

Ia mengatakan ada beberapa lokasi yang sebelumnya tidak terkena banjir namun saat ini terkena banjir seperti Kantor Kecamatan Dayeuhkolot.

“Selama 20 tahun terakhir, Kantor Kecamatan Dayeuhkolot tidak pernah kena banjir tapi sekarang ketinggian air di sana mencapai 35 cm,” ujar Dadang mengenai banjir yang terjadi sejak Sabtu, 12 Maret.

Maka, warga pun menjadi pengungsi. Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabar menyebutkan, jumlah pengungsi akibat banjir karena meluapnya Sungai Citarum di lima kecamatan itu sekitar 8.041 jiwa.

Sementara itu, untuk mengatasi banjir yang terjadi saat ini, mulai Tim SAR, Basarnas, dan BPBD provinsi hingga dinas sosial dan kesehatan kabupaten hadir di pengungsian.

Menurut Gubernur Jabar Aher, sebenarnya wilayah terdampak banjir pada 2016 lebih sedikit dibanding tahun sebelumnya. Tapi dampaknya memang dirasa lebih dalam.

“Tahun lalu itu ada sembilan kecamatan terdampak, tahun ini lima kecamatan tapi dampaknya jauh lebih dalam makanya perlu dilihat penyebabnya,” kata dia.

Menanggapi banjir 2016, Aher kembali menyuarakan pentingnya keberadaan Kolam Retensi Cieuntung yang dia sebut sebagai salah satu cara ampuh untuk mengatasi banjir yang kerap terjadi di Kabupaten Bandung di musim penghujan.

Kolam yang akan dibangun di kawasan Cieunteung itu menghilangkan banjir Bandung Selatan.

“Tentu ke depan kita akan wujudkan infrastruktur di Cieunteung, kita akan koordinasi dengan Dirjen Sumber Daya Air, untuk mewujudkan kolam retensi atau Situ Retensi Cieunteung, mungkin lebih dari lima hektare,” kata Ahmad Heryawan, di Gedung Sate, Bandung, beberapa saat sebelum meninjau lokasi banjir, Senin (14/3).

Menurut dia, penetapan lokasi untuk pembebasan untuk rencana pembangunan kolam itu sudah ditandatanganinya namun untuk pelaksanaan pembebasan dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melalui BBWS Citarum.

Sebulan sebelum banjir besar di Bandung Selatan itu, Sekda Jawa Barat Iwa Karniwa, memaparkan kepada wartawan bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Barat sudah membentuk tim untuk memasyarakatkan pembuatan kolam retensi di Kawasan Cienteung, Baleendah, Kabupaten Bandung, kepada semua pihak, khususnya masyarakat.

“Kami sangat mengharapkan seluruh pihak untuk mendukung pembangunan kolam retensi Cieunteung. Ini untuk penyelesaian banjir di Kabupaten Bandung Selatan,” kata Iwa.

Dari pengamatannya, Iwa mengatakan, sebagian warga sangat mneyambut untuk dilakukan langkah-langkah yang pasti, yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan pemerintah provinsi itu.

Pihaknya berterimakasih kepada seluruh masyarakat Cieunteung, Kabupaten Bandung, yang telah berpartisipasi dengan baik terkait rencana pembuatan kolam retensi tersebut.

Menurut dia, Pemprov Jawa Barat juga telah mengevaluasi perizinan dalam pembangunan kolam retensi Cieunteung untuk mengatasi banjir di Kabupaten Bandung.

Ia mengatakan pemerintah pusat sudah mengalokasikan anggaran untuk melakukan pembebasan lahan yang akan digunakan untuk pembuatan kolam retensi Cieunteung.

Kepada pihak-pihak yang masih mempermasalahkan pembangunan kolam retensi tersebut, Iwa meminta tolong untuk bekerja sama demi kepentingan masa depan yang lebih baik lagi di kawasan Cieunteung, Kabupaten Bandung.

Pihak-pihak itu antara lain adalah mereka yang masih berat hati untuk berpartisipasi dalam pembebasan lahan, serta pihak yang memanfaatkan isu itu untuk mendapatkan keuntungan lebih dengan menaikkan harga tanah secara tak wajar.

“Ini menyangkut masalah bagaimana mengatasi banjir dan kekeringan di wilayah Cieunteung,” kata dia.

Upaya memasyarakatkan pentingnya kolam retensi itu tampak sebagai pekerjaan yang mesti diseriusi karena ada kajian dari ITB bahwa bahwa sebagian besar masyarakat di Kampung Cieunteung, Kabupaten Bandung menolak adanya rencana relokasi sebagai upaya menanggulangi bencana banjir.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penolakan masyarakat ini meliputi proses penyebaran informasi, komunikasi antarpemangku kepentingan serta keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan, tingkat pendidikan, hubungan sosial masyarakat yang terjalin, serta cara menyampaikan aspirasi kepada pemerintah.

Menurut abstrak dari penelitian Fanni Harliani mengenai Persepsi Masyarakat Kampung Cieunteung, Kabupaten Bandung tentang Rencana Relokasi Akibat Bencana Banjir (2014), rencana pemindahan penduduk merupakan salah satu upaya pemerintah memperkecil dampak banjir di sana.

Hasil penelitian itu bisa menjadi bekal bagi tim pemasyarakatan yang dibentuk Pemprov untuk menyukseskan pembuatan kolam pengendali banjir di Cieunteung.

Demi pembangunan kolam retensi tersebut, Pemprov Jabar telah merekomendasi pada Biro Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN) atas Draft Revisi Tata Ruang Kabupaten Bandung dan Kementerian Agraria dan Tata Ruang.

Menurut Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Citarum Yudha Mediawan, jika pembebasan lahan bisa selesai, maka kolam retensi bisa segera dibangun karena sudah dianggarkan pada 2016.

Menurut dia, kolam retensi akan memperkecil wilayah yang tergenang air dan mereduksi titik terendah di sana.

Cieunteung merupakan wilayah di ketinggian 658 mdpl yang pasti akan kebanjiran di saat air sungai meluap. Muka air pada banjir kali ini adalah pada 660,5 mdpl.

“Untuk menurunkan muka air sungai perlu upaya radikal dan dananya jelas sangat mahal,” kata Yudha.

Copyright © Humas Bappeda Provinsi Jawa Barat 2022