PARIGI, (PR).- Jembatan permanen pengganti Jembatan Putrapinggan, Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Pangandaran, harus dibangun dan rampung tahun ini. Masyarakat Kabupaten Pangandaran, juga para pelancong yang berkunjung ke tempat-tempat wisata Kabupaten Pangandaran, tidak mungkin terus mengandalkan dua jembatan darurat yang selama tiga bulan terakhir digunakan. Berdasarkan pantauan “PR” Senin 6 Februari 2017, dua jembatan darurat yang dipasang sebagai akses sementara menuju dan dari arah Pangandaran secara keseluruhan masih berfungsi baik. Pada jembatan darurat untuk arus keluar Pangandaran, yang dipasang di atas Jembatan Putrapinggan, kendala ditemui pada kayu-kayu alas jembatan yang mulai aus. Beberapa batang kayu sudah terkikis karena seringnya digilas kendaraan. Di sisi lain, pusat patahnya Jembatan Putrapinggan pun tampak semakin jauh dari garis normal, lebih ambles dibandingkan saat pertama kali patah pada Oktober 2016 lalu. Sementara pada jembatan darurat untuk arus masuk Pangandaran, yang dibangun di sebelah timur Jembatan Putrapinggan, telah dipasang beberapa perangkat tambahan. Salah satunya adalah batangan-batangan besi yang ditancap berjajar di sekitar pilar penyangga jembatan darurat. Batangan-batangan besi itu disusun untuk menangkal aliran air sungai dan material yang terbawa arus, agar tidak langsung menghantam pilar jembatan darurat. Terkait hal ini, Bupati Pangandaran Jeje Wiradinata mengakui, pembangunan jembatan permanen tidak mungkin ditunda-tunda sampai tahun-tahun berikutnya. Oleh karena itu dia meminta sekaligus berkeyakinan, pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU Pera) Republik Indonesia akan membangun jembatan permanen tersebut pada tahun anggaran 2017. Informasi terakhir yang dia peroleh dari pemerintah pusat, proses pembangunan jembatan permanen sudah dalam tahap finishing Detail Engineering Design (DED). Setelah DED rampung maka proyek pembangunannya bisa langsung dilelang. “Sedang finalisasi desain, setelah itu lelang. Rp 28 miliar kalau tidak salah,” kata Jeje. Dalam perencanaannya beberapa waktu lalu, kata bupati, sejumlah perwakilan Direktorat Jenderal Bina Marga di Kementerian PUPR khususnya di bidang jembatan, sudah mengunjungi Pemkab Pangandaran. Mereka menampung sejumlah permintaan Pemkab Pangandaran perihal desain, lokasi pembangunan, dan beberapa hal mendasar lainnya. Terkait desain, Pemkab Pangandaran mengusulkan jembatan permanen yang akan dibangun nanti memiliki konstruksi bentangan langsung tanpa tiang. Hal itu untuk menghindari jembatan baru bernasib sama dengan jembatan yang saat ini amblas. Seperti diketahui, rusaknya Jembatan Putrapinggan disebabkan tiang penyangga amblas terkena luapan sungai dan terhantam material-material yang terbawa arus. Sementara terkait titik pembangunan, Pemkab Pangandaran meminta jembatan permanen didirikan di lokasi baru. Pasalnya jika di lokasi yang sama, praktis keberadaan jembatan darurat yang berada tepat di atas Jembatan Putrapinggan, tidak bisa digunakan. “Di lokasi baru, di sebelah kiri (barat) Jembatan Putrapinggan. Kalau di lokasi yang sama, bisa mengganggu lagi pariwisata,” ujar Jeje. Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pangandaran wilayah kerja Kecamatan Pangandaran, Mahmudin Syah mengatakan, saat Jembatan Putrapinggan ambles, tak kurang dari 40 hari kabupaten ini paceklik pengunjung karena terputusnya akses. Baru saat dua jembatan darurat itu difungsikan, pariwisata di Pangandaran kembali menggeliat. Sampai saat ini, jumlah pengunjung ke lokasi-lokasi wisata sudah normal, termasuk pada momentum akhir pekan kemarin. “Sabtu-Minggu tanggal 4 dan 5 Februari, jumlah pengunjung Pantai Pangandaran 26.240 orang plus 20 wisatawan mancanegara. Menghasilkan retribusi wisata, sampah, parkir, dan asuransi total sebesar Rp 158.388.600,” kata Mahmudin.