TEMPO.CO, JAKARTA — Pemerintah memperluas jangkauan imunisasi difteri. Di Jawa Barat, program Outbrake Response Immunization (ORI), yang diluncurkan sejak awal Desember saat difteri mewabah di banyak daerah, akan kembali digelar di 18 kabupaten dan kota mulai bulan depan. “Kami sebagai koordinator. Pelaksananya pemerintah kabupaten dan kota lewat puskesmas,” kata Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, Senin, 8 Januari 2018. Aher, panggilan Ahmad Heryawan, mengatakan 18 wilayah tersebut termasuk lima kabupaten dan kota yang sebelumnya telah menggelar ORI, yakni Purwakarta, Karawang, Kabupaten Bekasi, Kota Bekasi, dan Kota Depok. Di daerah-daerah prioritas ini imunisasi akan menyasar semua anak berusia 1–19 tahun. Adapun imunisasi di sembilan kabupaten dan kota lainnya tetap dapat dilakukan, namun hanya di kecamatan yang terindentifikasi terdapat kasus difteri. “Jadi, penanganan difteri tetap dilakukan di 27 kabupaten,” kata Aher. Seperti ORI sebelumnya, kata dia, kebutuhan vaksin untuk perluasan jangkauan imunisasi ini akan dipasok oleh pemerintah pusat. Selain lima daerah penyelenggara imunisasi awal, 13 pemerintah kabupaten dan kota di Jawa Barat telah menetapkan status kejadian luar biasa (KLB) difteri sejak awal pekan Desember 2017. Daerah tersebut meliputi Garut, Cirebon, Kabupaten Bogor, Cianjur, Ciamis, Kota Bandung, Kota Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Bandung, Kota Cirebon, Subang, Majalengka, dan Kabupaten Bandung Barat. Ketika memimpin rapat kabinet terbatas di Istana Bogor, Rabu dua pekan lalu, Presiden Joko Widodo memerintahkan agar imunisasi difteri diperluas secepat mungkin. ORI rencananya akan menjangkau seluruh provinsi, dari sebelumnya hanya difokuskan di tiga daerah, yakni Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Barat. Mulai bulan ini, sedikitnya 18 provinsi lainnya akan menyusul pelaksanaan ORI. Adapun tiga daerah prioritas awal, termasuk Jawa Barat yang tercatat memiliki tingkat kasus difteri tinggi, akan memperluas jangkauan imunisasi di kabupaten dan kota masing-masing. Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek memastikan pasokan vaksin tersedia 15,5 juta dosis, dua kali lipat lebih banyak daripada yang dibutuhkan. Kendati demikian, Kementerian tetap meminta PT Bio Farma (Persero) untuk menggenjot produksi vaksin difteri lantaran program imunisasi harus tetap digelar tahun ini. Perusahaan farmasi milik negara itu pun menyanggupi, termasuk dengan menangguhkan rencana ekspor vaksin ke sejumlah negara. Vaksin yang menjadi pencegah difteri adalah DPT-HB-Hib (difteri pertusis tetanus-hepatitis B-haemophylus influenza tipe B) untuk usia 1–5 tahun, DT (difteri tetanus) untuk usia 5–7 tahun, dan TD (tetanus difteri) untuk anak usia 7–19 tahun. Kepala Seksi Surveilans dan Pencegahan Penyakit Dinas Kesehatan Jawa Barat, Yus Ruseno, mengatakan, hingga Jumat pekan lalu, imunisasi difteri baru menjangkau 1,71 juta orang, atau 47,14 persen dari jumlah total 3,629 juta target sasaran ORI di lima kabupaten dan kota. Adapun sebaran difteri, kata dia, telah menjangkau 23 kabupaten dan kota, dengan rincian 224 kasus yang mengakibatkan 15 orang penderitanya meninggal. Sementara itu, di Ibu Kota, Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Koesmedi Priharto mengatakan imunisasi massal difteri akan kembali dilakukan pada Kamis pekan ini. ORI akan berlangsung serempak, menjangkau semua kota dan kabupaten di Jakarta, dari sebelumnya hanya diprioritaskan di Jakarta Utara dan Jakarta Barat. “Hingga akhir Desember 2017, di Jakarta ada 95 kasus,” ujar Koesmedi kepada Tempo, Rabu, 3 Januari 2018. (Agoeng Wijaya)