BAPPEDA JABAR - Cirata dan Jatiluhur Tak Terganggu
Cirata dan Jatiluhur Tak Terganggu
25 January 2016 21:22

Cikalongwitan, Tribun.- PT Perkebunan Nusantara VIII menjadi satu dari empat BUMN yang tergabung dalam PT Pilar Sinergi BUMN (PSBI) yang ikut dalam proyek besar pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung.

Direktur Utama PTPN VIII, Dadi Sunardi, mengatakan, bahwa tidak hanya stasiun yang akan dibangun di kawasan tersebut. Tapi ada sebuah kawasan terpadu yang akan dikembangkan dan disebut kota Walini.

“Integrasi pengembangan kota Walini dengan High Speed Railway (HSR) akan dipercepat, dan tetap memperhatikan aspek lingkungan,” katanya, kemarin.

Dari total kawasan seluas 2.800 hektare yang akan dikembangkan hanya sekitar 30 persen yang akan dibangun. Sisanya sebesar 70 persen akan dipertahankan tetap menjadi kawasan hijau. Menurutnya kawasan sungai-sungai yang menuju Cirata dan jatiluhur akan tetap diperhatikan dan dipastikan tidak akan terganggu. Hal tersebut tentunya dengan memperhatikan aspek-aspek lingkungan yang ada. Dalam proyek besar tersebut PTPN VIII menginvestasikan lahan seluas 1.270 hektare lahan perkebunan di kawasan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat (KBB).

Direktur SDM dan Umum PTPN 8, Gunara, mengatakan, mega proyek Kereta Cepat ini menjadi fasilitas Kota Walini sebagai kota  Walini sebagai kota unggulan baru di Jawa Barat. Pembangunan Transit Oriented Development (TOD) yang akan dibangun di lahan yang diinvestasikan ini, menjadi kawasan ekonomi baru.

“Kami ingin terlibat bukan hanya areal kami menjadi lintasan saja, tetapi kawasan kami ke depan menjadi tempat pertumbuhan baru baik pemerintahan, pendidikan, kesehatan, maupun niaga,” uajr Gunara.

Gunara mengatakan, pengembangan Kota Walini bukan dilakukan oleh PTPN maupun PT Pilar Sinergi BUMN, melainkan oleh PT Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC). Pihaknya mengusulkan agar pengembangan menggunakan konsep eco green.

Konsep eco green ini juga berkaitan dengan dengan pengintegrasian kawaswasn TOD denga non  TPD yang merupakan kawasan sangat ramah lingkungan.

“Kami tidak ingin ada degradasi lingkungan. Jadi kami sampaikan ke pihak-pihak pengembang agar bernuasnsakan hijau, bebas polusi dan ramah lingkungan,” katanya.

Pihaknya menginginkan pengembangan Kota Walini juga memiliki fungsi agroindustry dan argowisata. “Di sana nanti misalkan ada wisata buah-buahan yang menjadi komoditi unggulan. Perkebunan juga masih mewarnai kawasan itu. Pertumbuhan kawasan ini bukan kepentingan beberapa pihak,” katanya.

Secara keseluruhan, ujarnya, pembangunan Kota Walini juga berfungsi sebagai eco green city dan cyber city yang berkemampuan mengelola energy dan sumber daya alam sendiri serta, dapat menopang pengembangan megapolitian Jakarta-Bandung sebagaimana mega city  dunia sepeti Hongkong-Shenzen di China dan Washington-Boston di Amerika.

“pengembangan kasawasan seluas 1.270 hektare ini tidak cukup satu tahun, bisa di ats 10 tahun. Pengembangan menjadi tanggung jawab PT KCIC,” katanya.

Areal 1.270 hektare merupakan aset perkebunan karet dan teh milik PTPN 8 yang saat ini sudah tidak produktif lantaran faktor cuaca. Lahan tersebut diivestasikan untuk pengembangan mega proyek Kereta Api Cepat yang jika dirupiahkan mencapai Rp2,8 triliun.

“Aset lahan yang tidak subur itu kan harus dioptimalkan, agar bermanfaat bagi masyarakat dan korporat,” katanya.

Copyright © Humas Bappeda Provinsi Jawa Barat 2022