Inilah, Bandung.- Meski Jawa Barat dikenal sebagia daerah berlimpah air, namun masih banyak warganya yang kesulitan mendapatkan air bersih. Ini mesti menjadi perhatian seluruh pihak mengingat air merupakan sumber kehidupan utama. Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengatakan, kesadaran masyarakat untuk menjaga air tetap bersih masih sangat rendah. Ini terlihat dari buruknya kualitas air akibat tercemar limbah maupun sampah rumah tangga. “Masyarakat sudah tidak menghormati air. Dari langitnya bersih tapi setiba di bumi dan baru beberapa saat sudah menjadi kotor,” ujar Heryawan saat memperingati Hari Air se-Dunia tingkat Jabar, di Taman Hutan Raya Djuanda, Selasa (22/3/2016). Menurutnya, kondisi tersebut membuat masyarakat kesulitan mengakses air bersih meski secara volumenya sangat berlimpah. Sulitnya akses air bersih semakin bertambah saat musim kemarau. Dia mengatakan, kesulitan masyarakat mengakses air kurang sejalan dengan teori bahwa volume air di bumi selalu tetap. “Jumlah air bersih di bumi ini tidak berubah signifikan namun tidak semua warga bisa mengakses air bersih. Ada sekitar 35 persen masyarakat kita yang tidak bisa mendapat air bersih,” katanya. Lebih lanjuut dituturkannya, sulitnya masyarakat mengakses air bersih akan mempengaruhi kualitas kesehatan. Meski pemerintah menggulirkan program kesehatan gratis, namun akan percuma jika masyarakat rentan sakit. “Asuransi kesehatan tidak tepat. Harusnya menjaga kesehatan dengan menjaga air bersih,” paparnya. Melihat kondisi tersebut, pihaknya meminta masyarakat mengubah perilaku dengan cara menerapkan pola hidup sehat. Selain itu, masyarakat juga diimbau untuk menjaga kawasan hulu sebagai lokasi mata air alami serta tidak mengotori aliran sungai dengan limbah maupun sampah. “Dosa besar hukumnya jika masyarakat mengotori air dan itu merupakan pelanggaran besar,” bebernya. Dia mengatakan, Pemprov terus berupaya menjaga ketersedian air bersih melalui program Citarum Bestari yang pada tahap awal fokus menjaga kelestarian 20 kilometer pertama dari Sungai Citarum. Pihaknya menargetkan pada 2018 mendatang air dari Sungai terpanjang di Jabar tersebut bisa diminum secara langsung. “Harus ada gerakan semesta, semuanya harus terlibat,” paparnya. Sementara itu, Kepala Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Jabar Eddy Iskandar Nasution mengatakan, kebutuhan manusia terhadap air bersih sangat besar. “Tak ada kehidupan tanpa air. Bahkan air ini komponen paling banyak di tubuh kita. Jadi memang tepat harus menghargai air,” katanya. Dia menilai, kesadaran masyarakat terhadap air bersih harus ditingkatkan. Namun ini butuh kerja sama dari seluruh pihak dalam menjaga sumber air bersih. “Konservasi dan pelestarian sumber air harus menjadi perhatian utama, dan perlu ditingkatkan kerja sama antar-badan pemerintah, juga sosialisasi ke masyarakat,” pungkasnya.