INILAH, Bandung – Pemerintah Provinsi Jawa Barat terus mengingatkan masyarakat pentingnya untuk terus meningkatkan kesadaran lingkungan sebagai penopang kehidupan. Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher) mengatakan, menjaga lingkungan merupakan salah satu dari tiga misi pembangunan ekonomi mikro di samping pengentasan kemiskinan dan pengurangan pengangguran. Aher menjelaskan, masyarakat termasuk para pelaku usaha yang bersinggungan langsung dengan lingkungan harus menyadari bahwa seluruh pasokan kehidupan manusia berasal dari alam. Sampai saat ini tidak ada penunjang kehidupan manusia mulai dari sandang, pangan, dan papan yang tidak berasal dari lingkungan. “Lingkungan mutlak dan wajib untuk kita jaga. Ini sudah fardhu ‘ain, artinya semua orang wajib melaksanakannya tanpa terkecuali,” kata Aher dalam pidato sambutan seminar ‘Penegakkan Hukum Lingkungan Hidup di Jawa Barat’ yang diselenggarakan di Gedung Sate, Bandung, Selasa (21/11/2016). Aher melanjutkan, dunia global berada dalam ancaman krisis air dan pangan. Jika tidak ada tindakan yang serius untuk mencegahnya maka dikhawatirkan dalam waktu dekat kekhawatiran itu akan terjadi. Sebagai negara pemiliki sumber air tawar kelima di dunia, kata Aher, Indonesia tidak lepas dari ancaman krisis air. Maka dari itu dia berharap warga Jawa Barat secara khusus dan Indonesia pada umumnya untuk terus berupaya menjaga kelestarian sumber air tawar yang ada sekarang. “Keberadaan air tawar di dunia hanya 2,5% dan 70% dari air tawar itu merupakan es, sisanya berada di rawa dan tanah. Sedangkan air tana tidak boleh diganggu guga karena akan menyebabkan keamblasan,” kata Aher. Maka dia menjelaskan bahwa sumber air yang paling banyak manfaatnya adalah air sungai yang rantai suplainya harus terpelihara dengan baik. Menurutnya, untuk memaksimalkan sumber air sungai yang ada di sekitar masyarakat maka keberadaannya di hulu dan hilir sungai harus sama beningnya, sehingga sama-sama layak untuk dikonsumsi langsung manusia. Sebagai perbandingan Provinsi Shizuoka di Jepang hanya memiliki dua sungai berbeda jauh dengan Provinsi Jawa Barat yang memiliki banyak sungai. Namun, kata Aher, kedua sungai di Shizuoka tetap bersih dari hulu sampai ke hilirnya. Ternyata rahasianya di sepanjang kedua sungai tersebut tidak ada pemukiman ataupun ladang pertanian. “Tidak ada limbah apapun baik rumah tangga, sampah, apalagi industri. Yang ada limbah dari pemanfaatan air untuk pertanian, itupun hasil daur ulang yang melalui beberapa proses dahulu. Sehingga kualitas airnya tetap ada dan dapat langsung diminum,” ujar Aher. Menurut Aher pengolahan air menjadi mahal karena sumber di hulunya sudah rusak. Namun, sebaliknya, jika sumber air di hulu sudah bebas dari limbah maka biaya pengolahannya akan sangat murah. “Kita punya mimpi Citarum Bestari seperti di zaman Khalifah Ar-Rasyid yang pusat pemerintahannya di Baghdad, Irak. Di sana mengalir dua sungai yaitu Eufrat dan Tigris yang dapat diminum langsung warganya,” pungkas Aher.