BAPPEDA JABAR - Kunjungan Kepala Bappeda Jabar Ke Anjungan Jabar di TMII
Kunjungan Kepala Bappeda Jabar Ke Anjungan Jabar di TMII
10 May 2015 16:05

Kepala Bappeda Provinsi Jawa Barat (Jabar) Prof. Dr. Ir. Denny Juanda Puradimaja, DEA melakukan kunjungan kerja ke Anjungan Jabar di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta (10/05). Kunjungan kerja Prof. Denny bersama rombongan ini dalam rangka monitoring program pembangunan, menindak lanjuti kegiatan yang sudah dicanangkan oleh Gubernur dan Wakil Gubernur terkait “Anjungan Jabar”.

Pada kesempatan tersebut, Prof. Denny bersama rombongan didampingi oleh Kepala Disparbud Jabar, Nunung Sobari dan Kepala Balai Anjungan Jabar, Ine.

Anjungan Jabar adalah tempat yang menampilkan bangunan utama berupa tiruan yang menggambarkan kebudayaan Daerah Jabar, seperti Keraton Kasepuhan Cirebon yang sekaligus menjadi pusat di Anjungan Jabar. Di samping itu, Anjungan Jabar menampilkan bangunan pelengkap keraton berupa bangunan untuk penyajian musik selamat datang (ajeng); pos penjagaan (lunjuk) yang difungsikan sebagai kantor, ruang tunggu, tempat shalat, ruang pertemuan yang difungsikan sebagai kantin anjungan yang menjual makanan-makanan khas Jabar.

Menurut Prof. Denny, Anjungan Jabar harus mengikuti standar yang diberikan oleh manager TMII, yakni Anjungan harus representative, salah satunya harus ada tempat ekspose Kabupaten/Kota, harus ada perpustaan dan kantin yang menyajikan makanan-makanan khas Jabar, serta harus ada hal-hal yang spesifik tentang kedaerahan “tuturnya saat diwawancara.

Kalau dibandingkan dengan Anjungan pada zaman yang dulu (kata Prof.), Anjungan Jabar sekarang ini sudah hebat, namun memang perlu ditata sekaligus dimodernisasikan dengan menggunakan pendekatan-pendekatan iptek (menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi), misalnya mengupayakan Anjungan Jabar agar bisa merepersentasikan seluruh kebudayaan Kabupaten/Kota.

Tempatnya sempit namun harus bisa menggambarkan kondisi budaya yang ada di Kabupaten/Kota, maka harus ada bantuan iptek, entah itu dengan IT atau dengan jejaring spesifik, misalnya menggunakan “elektronik library”, artinya kebudayaan itu didokumentasikan dalam bentuk buku (buku kuno dan buku biasa), untuk yang buku kuno bisa saja ada di Kabupaten setempat namun bisa kita lihat juga di Anjungan Jabar dengan menggunakan “elektronik library”, “dengan luas lahan 1 Ha per Provinsi saya pikir sudah cukup” jelasnya.

Selain itu Prof. Denny ingin merealisasikan agar pintu gerbang Anjungan Jabar di TMII  bisa diakses dari jalan utama (Jalan raya TMII).

Untuk merubah Anjungan Jabar tersebut (kata dia), dibutuhkan dana sekitar 8,1 M. oleh karna itu saya ingin mencoba melaksanakan ini secepatnya, misalnya di APBD perubahan yang mulai dilaksanakan pada Bulan Agustus-Desember, dan kalau tidak selesai ditahun ini maka nanti Tahun 2016 mudah-mudahan bisa selesai, dengan demikian Anjungan Jabar bisa berstandar sesuai dengan managemen TMII” ujarnya.

Seperti sekilas profil yang dimuat pada website Anjungan Jabar, Sebelum kita melangkah memasuki kompleks Anjungan Jabar, kita akan melihat lambang Provinsi dan dua buah kujang sebagai senjata tradisional khas Jabar. Tentunya, disana kita akan menemui suasana khas pasundan.

Bangunan induk Keraton Kasepuhan di Anjungan Jabar terdiri atas empat ruangan dengan memiliki fungsinya masing-masing. Ruang pertama adalah pendapa yang pada aslinya berfungsi sebagai tempat berkumpulya para prajurit sedangkan pada Anjungan Jabar difungsikan sebagai tempat penyelenggaraan acara dan tempat pameran produk kerajinan unggulan khas Jabar.

Ruang kedua adalah Ruang Pringgondani yang pada fungsi aslinya adalah sebagai tempat bagi Sultan mengadakan pertemuan dengan para kerabat kerajaan sedangkan pada Anjungan Jabar dipergunakan sebagai tempat pameran dan pelatihan kesenian yang diselenggarakan oleh Anjungan Jabar. Ruang ketiga adalah  bangsal Prabayaksa sebagai ruangan bagi Sultan untuk menerima kedatangan tamu-tamu penting yang datang, sedangkan di Anjungan Jabar difungsikan sebagai tempat peragaan busana adat khas Jabar, alat musik tradisional dan pameran kerajinan se-Jabar. Ruang keempat disebut sebagai Ruang Panembahan yakni tempat Sultan bekerja dan beristirahat sedangkan di Anjungan Jabar tetap difungsikan seperti aslinya dan dalam ruangan ini dipamerkan beberapa koleksi benda-benda pusaka, payung kebesaran, dan sembilan selendang yang menyimbolkan sembilan wali.

Bangunan utama dilengkapi dengan taman kolam dan air terjun yang menggambarkan Gunung Tangkuban Parahu dan miniatur persawahan untuk menunjukkan kepada kita mengenai keindahan alam dan panorama alam Jabar yang indah dan asri.** (Rizal)

Copyright © Humas Bappeda Provinsi Jawa Barat 2022