Inilah, Bandung.- Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar mengimbau pemerintah kabupaten/kota untuk memperbaiki data penduduk. Pasalnya, saat ini data kependudukan di Jawa Barat masih banyak perbedaan cukup jauh. “BPS Jabar melansir penduduk Jabar sebanyak 46 juta sementara Disdukcapil mencatat ada 43 juta,” ujar Deddy di sela rapat koordinasi tim koordinasi penanggulangan kemiskinan TKPK se-BKPP IV Priangan Barat Jawa Barat tahun 2016, Selasa (10/5/2016). Dia mengaku heran dengan adanya perbedaan data terssebut. Apalagi bedanya mencapai jutaan jiwa. “Berarti ada informasi yang salah di sana,” kata dia. Menurut dia, akibat perbedaan data penduduk telah berdampak pada data lainya. Deddy mencontohkan, data penduduk miskin di Jawa Barat sangat tinggi, mencapai 4,4 juta rumah tangga. “Tapi apa betul jumlahnya segitu? Tak hanya itu, data kependudukan di kabupaten/kota pun berbeda dengan data BPS. Terutama pada data masyarakat miskin yang masuk pada program jamkesda,” jelasnya. Deddy menduga data tersebut rentan dimanipulasi. Padahal yang harus menjadi patokan adalah data dari BPS. Dia berharap pemerintah kabupaten/kota bisa memperbaiki data kependudukan di wilayahnya. “Semuanya harus sama, jangan semua bingung, bagaimana kita menyikapi ini. Tapi memang negeri ini belum ideal,” ujarnya. Semua ini, kata dia, menjadi tanggung jawab bersama. Bahkan salah satu penyebab angka kemiskinan adalah data yang tidak akurat. “Tidak menutup kemungkinan adanya manipulasi data dengan tujuan tertentu,” ucap dia. Sementara itu, Kepala BPS Jabar Bachdi Ruswana menuturkan, tingginya angka kemiskinan di Jabar terjadi karena program penanggulangan kemiskinan yang tidak tepat. Meski anggaran untuk program kemiskinan besar, hal ini tidak berdampak signifikan terhadap pengurangan kemiskinan. Menurut dia, penanggulangan kemiskinan bisa dilakukan dengan pendekatan sosial. Apalagi dia menilai, Jabar memiliki modal sosial yang baik untuk menanggulangi kemiskinan. Menurutnya, dari hasil perhitungan BPS pada 2012, indeks modal sosial Jabar di atas 90 persen. Hal tersebut karena Jabar punya modal sosial yang tinggi. “Sumber daya yang melekat dalam hubungan sosial akan terbentuk kalau adanya hubungan sosial,” katanya.