BAPPEDA JABAR - 2017, Ciletuh Jadi Geopark Kelas Dunia
2017, Ciletuh Jadi Geopark Kelas Dunia
25 February 2016 00:42

Bandung, Sindo.-  Pemprov Jabar bertekad mendorong kawasan Ciletuh menjadi geopark kelas dunia.

Akhir tahun lalu, kawasan seluas 36.600 hektare terseut sudah ditetapkan sebagai geopark nasional.

Ini Pemprov berpacu dengan waktu mendapatkan pengakuan dunia atas keragaman hayati dan landskap unik di kawasan Ciletuh yang berjarak 135 km dari jantung Kota Sukabumi itu.

Ketua Tim Operasional Percepatan Pengembangan Kawasan Geopark Ciletuh Agus Hanafiah mengatakan, pihaknya menjamin pengakuan dunia atas geopark Ciletuh bisa diraih pada 2017 mendatang. Berbagai upaya telah dilakukan, di antaranya membentuk Badan Penelola Geopark Ciletuh, pemberdayaan masyarakat, pengembangan destinasi wisata, dan dukungan infrastruktur.

“Hakikat geopark itu memuliakan bumi. Kalau ternyata hilang kemuliaannya, sudah bukan lagi geopark. Dijamin 1000% oengembangan pariwisata disana tidak akan mengganggu kelestaraian alam. Pokonya, keukeuh 2017, Ciletuh jadi geopark kelas dunia,” kata Agus saat jadi pembicaraan dalam acara Obrolan Teras Sindo di kantor Koran Sindo Jabar, Jalan Natuna 8A, Kota Bandung, kemarin.

Dia mengemukakan, berbagai pemberdayaan masyarakat dilakukan di antaranya pelatihan pengembangan homestay sepeti pemilihan warna cat kamar, sprei, dan pelayanan kepada tamu. Pelibatan masyarakat dilakukan agar pengembangan kawasan Ciletuh berkontribusi kepada peningkatan ekonomi.

Sosialisasi promosim, tutur dia, juga gencar dilakukan karena terdapat potensu besar pariwisata di kawasan yang terdapat di dua kecamatan, yakni Cilemas dan Ciracap dengan 15 desa tersebut. Beragam event diselenggarakan seperti festival paralayang, panjat tebing, susur pantai, dan pesta budaya.

“Tujuannya jelas, menyampaikan dalam festival itu bahwa di sana ada zona wisata, dan potensi budaya. Pengembangan wisata yang ada kaitannya dengan geopark di mana ruhnya ada pada konservasi,” tutr dia.

Penasihat Pengembangan Geopark Ciletuh Mega F Rosana mengungkapkan, keindahan geopark Ciletuh sulit digambarkan dengan kata-kata. Geopark Ciletuh merupakan mega amphieater alam dan fosil tektonik. Di kawasan yang 40% lebih di antaranya merupakan Suaka Margasatwa Cikepuh dan Cagar Alam Cibanteng ini, ungkap Mega, terdapat satu kawasan lanskap membentuk tapal kuda dengan lebar 15 kilometer dan dari sisi lain kurang lebih 9 km. Sehingga kawasan ini layak disebut mega amphitheater.

“Fosil tektonik yang dimaksud adalah lempeng bumi yang jadi batu. Secara geologi mengenal, bumiterdiri dari lempengan-lempengan yang terus bergerak. Suatu saat bertabrakan lebih dari 60 juta tahun lalu. Hal ini yang membuat Ciletuh penting bagi dunia,” ungkap Mega.

Selain itu, ujar dai, yang menarik dari Ciletuh aalah posisi Pelabuhan Ratu di teluk. Secara morfologi, terdapat ketinggian dan laut. Sebuah kombinasi luar biasa. “Kami juga menemukan berbagai lembah dan air terjun di Ciletuh,” ujar dia.

Mega mengemukakan, penetapan Ciletuh sebagai geopark nasional menyusul kawasan lain di Indonesia yang telah lebih dulu ada, antara lain Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB); Gunung Batur, Bali (nasional dan global); Merangin, Jambi; Gunung Sewu, Jawa Tengah; dan Danau Toba, Sumatera Utara. Gunung Batur dan Gunung Sewu telah lebih dulu mendapatkan pengakuan kelas dunia sebagai geopark kelas dunia.

Selain keindahan alam, ujar Mega, geopark Ciletuh juga memiliki ragam potensi. Di sini terdapat tempat pelatihan Kostrad, budidaya tambak udang di Mandrajaya Pengumbahan, pabrik teh yang telah beroperasi sejak zaman penjajahan Belanda di Bojong Asih, konservasi Penyu di Pangumbahan, dan kampung nelayan di Ujung Genteng.

“Ada juga bebatuan yang tadinya biasa tapi karena proses alam menjadi unik. Kami namai batu punggung naga, cula badak, kodok, dan lainnya yang terdaoat di pesisir pantai. Beberapa persyaratan geopark global sudah dikantongi Ciletuh. Tinggal pemenuhan beberapa syarat lagi agar bisa masuk aplikasi maksimal 30 November tahun ini. Agusntus 2017, semoga bisa diputuskan menjadi geopark global,” ujar Mega.

Sementara itu, Head of Corporate Communications Bio Farma N Nurlaela Arief yang memaparkan komitmen korporasi plat merah tersebut dalam memberdayakan masyarakat sekitar Ciletuh. Mengusung program one village one product, Bio Farma sejauh ini konsern dalam pengembangan Batik Pakidulan yang menggunakan nano teknologi denga motif batu dan curug. “Batik Pakidulan pernah diikutsertakan dalam sebuah ekspo di Birmingham, London, Inggris. Kami berupaya tidak hanya menciptakan kampungnya tapi juga membuka lapangan pekerjaan. Tahun ini seragam karyawan Bio Farma sekitar 1.500an akan menggunakan Batik Pakidulan,” kata Lala, sapaan akrabnya.

Copyright © Humas Bappeda Provinsi Jawa Barat 2022