BAPPEDA JABAR - Gubernur: Jangan Tolak Jenazah
Gubernur: Jangan Tolak Jenazah
19 January 2016 21:00

Bandung, (PR).- Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan meminta warga Jawa Barat untuk tidak menoklak jenazah terduga teroris yang melancarkan aksinya di kawasan Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat. Bagaimanapun, kata dia, jenazah seseorang harus tetap dimakamkan, terlepas dari perbuatan semasa hidupnya yang tidak baik.

Pendapat itu dikemukakan Heryawan menyikapi penolakan dari sebagian warga Jawa Barat atas penguburan jasad teroris di desanya. “Terlepas itu salah atau bagaimana, ya wajib dikuburkan. (Baik atau tidak) itu urusan individu masing-masing dengan Allah,” kata Heryawan di Gedung Sate, Kota Bandung, Senin (18/1/2016).

Seperti diberitakan sebelumnya, setelah polisi mengumumkan identitas para pelaku terror di Jakarta, warga desa Kedungwungu, Kecamatan Krangkeng, Kabupaten Indramayu, menolak jenazah Ahmad Muhazan alias Azan (25), salah seorang terduga pelaku, dikuburkan di desanya. Penolakan itu didasarkan atas keengganan  kampong mereka disebut sarang teroris.

Kemarin, Maemunah (52), ibunda Azan, terlihat cemas saat petugas dari Mabes Polri mendatangi rumahnya di Blok Desa RT4 RW1, Desa Kedungwungu. Petugas itu dating mengambil sampel DNA Maemunah untuk dicocokkan dengan jenazah Azan yang kini masih disimpan di RS Polri Jakarta.

Dengan berurai air mata, Maemunah masuk ke ruangan tertutup untuk menajalani tes DNA di Balai Desa Kedungwungu. Salh seorang tim dokter kesehatan Mabes Polri, Putut, mengatakan, tes DNA dilakukan dengan cara mengambil air liur Maemunah. “Setelah tes ini, kami akan langsung mencocokkan dengan data pelaku,” ucapnya.

Selain pengambilan air liur, tim dokter Mabes Polri pun mencocokkan data terakhir. Pemeriksaan berjalan selama sekitar satu jam.

Seusai menjalani tes DNA, Maemunah lunglai dan nyaris tak sadarkan diri. Ia langsung diboyong pihak keluarga agar dapat beristirahat. Sebelumnya, pihak keluarga menyatakan bahwa orangtua Azan, Saroni dan Maemunah, tak memungkinkan pergi ke Jakarta untuk memastikan kondisi jenazah Azan. Soalnya, Saroni hanya mampu terbaring lemah karena penyakit stroke yang dideritanya. Sementara  kondisi Maemunah yang sakit-sakitan terus memburuk setelah mendenngar anaknya menjadi pelaku teror bom di Sarinah.

Ibu lima anak ini pun acap kali terlihat mengelus dada seakan tak kuat menahan cobaan dan duka. Maemunah mengaku trauma karena kerap didatangi perangkat desa, polisi, tentara, hingga wartawan yang terus menanyainya.

Maemunah berharap, jenazah putra ketiganya itu segera dibawa pulang ke kampong halaman. Di samping itu, keluarga meminta kebesaran hati warga untuk meneruima kepulangan jenazah Azan untuk dikubur di tanah kelahirannya.

“Kami ingin jenazah Azan diantar dari Jakarta ke sini. Kalau dijemput ke Jakarta, enggak ada biaya dan enggak kuat. Kami pasrah menunggu kedatangan Azan,” katanya lirih.

Supriyadi, sepupu Azan, merasa yakin, setelah melihat poto dan identitas terduga yang tersiar, salah satunya adalah Ahmad Muhazan. “Kami berharap jenazahnya segera dipulangkan untuk dikubur di Desa Kedungwungu,” ujarnya.

Copyright © Humas Bappeda Provinsi Jawa Barat 2022