BAPPEDA JABAR - Penurunan Ekonomi Tiongkok Jawa Barat tak Terpengaruh
Penurunan Ekonomi Tiongkok Jawa Barat tak Terpengaruh
13 January 2016 19:19

Bandung, (PR).- Penurunan ekonomi Tiongkok dinilai tidak akan berdampak terhadap perekonomian Jawa Barat, tetapi akan cukup berpengaruh terhadap perekonomian nasional. Pasalnya, Tiongkoko bukan tujuan utama ekspor Jabar, tetapi masuk tiga besar Negara tujuan ekspor Indonesia.

Demikian diungkapkan ekonom Unibersitas Padjajaran (Unpad) Ina Primiana, di bandung, Minggu (10/1/2016). Volume dan nilai ekspor Jabar ke Tiongkok, menurut dia, berada di bawah Thailand yang menempati posisi ketiga dengan kontribusi lebih dari 6%. “Kalau secara nasional akan mengganggu ekspor ke Tiongkoko yang memang besar. Kalau Jabar ekspor terbesarnya ke Amerika Serikat 19,7%, Jepang lebih dari 11%, dan Thailand. Jadi Jabar tidak akan terlalu terpengaruh,” katanya.

Ina justru menilai, pelemahan ekonomi Tiongkok ini harus direspon oleh pelaku usaha Jabar dengan memaksimalkan potensi pasar local. Pasalnya, menurut dia, nilai impor Jabar dari Tiongkok sangat besar, mencapai 26,6%.

“Ada peluang-peluang yang bias dimanfaatkan dengan merosotnya ekonomi Tiongkok. Bagi Jabar, dampak positifnya justru lebih besar,” katanya.

Alternative pertama, menurut dia, beralih menguasai pasar local. Berdasarkan data World Economic Forum, Indonesia merupakan pasar terbesar ke-16 di dunia. Itulah yang mendorong banyak negara lain di dunia berlomba-lomba membidik pasar Indonesia.

Selain itu, Indonesia juga harus aktif membuka pasar ekspor baru yang nontradisional. “Dari 180 negara di dunia, baru sekitar 13 yang memiliki ikatan perdagangan internasional. Masih banyak negara yang bias dijajaki untuk tujuan ekspor,” ujar Ina.

Hal senada dilontarkan pengamat ekonomi dari Universitas Pasundan (Unpas) Acuviarta Kartabi. Dampak penurunan ekonomi Tiongkoko terhadap Jabar dinilainya tidak signifikan karena Tiongkok bukan negara tujuan ekspor utama.

“Jabar itu posisinyasebagai tujuan impor produk Tiongkok. Terganggunya ekonomi Tiongkok justru bisa mendorong ekonomi Jabar menjadi lebih dinamis. Secara nasional, dampak pelemahan ekonomi Tiongkok akan terjadi pada sector perdagangan dan investasi,” kata Acuviarta.

Dari sisi volume, menurut dia, memang terbuka peluang terjadinya penurunan ekspor ke Tiongkok. Namun, devaluasi mata uang Tiongkok justru berpeluang mendorong peningkatan nilai ekspor Indonesia ke Tiongkoko karena menguatnya mata uang rupiah terhadap yuan.

Ia memprediksi, ke depan nilai dan volume ekspor Tiongkok berpotensi terus menguat karena pemerintah Tiongkok tentu akan terus akan mendorong ekspor ke Tiongkok, khususnya barang primer. Sementara di sector investasi, ia memperkirakan ekspansi modal Tiongkok di Indonesia akan berkurang. Tiongkok membutuhkan modal besar untuk menstabilkan dan mendorong pertumbuhan  sector perekonomian sehingga akan menarik dana mereka yang akan le luar negeri.

“Tiongkoko kan banyak terlibat dalam investasi infrastruktur di Indonesia. Kita berharap semoga saja perekonomian Tiongkok segera membaik dan mendorong peningkatan ekonomi Indonesia karena volume perdagangan kedua negara yang cukup tinggi,” katanya.

Ia memprediksi, dalam satu semester ini perekonomian Tiongkok akan berfluaktuasi. Recovery perekonomian Tiongkok, menurut dia, akan didorong oleh membaiknya mitra dagang dagang negeri tirai bamboo tersebut dan kondisi perekonomian global yang tahun ini diprediksi lebih baik dari 2015.

Copyright © Humas Bappeda Provinsi Jawa Barat 2022