SJO, BANDUNG – Aksi mengurangi efek global warming dengan penghematan listrik melalui simbol pemadaman listrik selama satu jam kembali digelar tahun ini. Terbukti, mematikan listrik terutama di Jawa-Bali selama satu jam, kita bisa menghemat penggunaan batu bara sebanyak 2 kapal tongkang atau sekitar 7.000 ton. Hal ini diungkapkan oleh Wakil Gubernur Jawa Barat, Deddy Mizwar pada peringatan Global Earth Hour tingkat provinsi di Halaman Gedung Sate Bandung, Sabtu malam (28/03). “Tadi Pak Joko bilang, satu jam saja di Jawa-Bali itu 2 tongkang. Itu berapa ribu Ton. Sementara persediaan sumber daya mineral kita kan terbatas. Gerakan hemat energi atau earth hour ini semakin besar, itu semakin menghemat sumber daya mineral dan energi kita,” ujar Deddy mengutip perkataan Joko Abumanan, General Manajer (GM) PT. PLN Jabar-Banten kepada awak media. Aksi Earth Hour ini sebagai gerakan penghematan energy yang dicetuskan oleh World Wide Fund for Nature (WWF) setiap hari sabtu terakhir di bulan Maret. Gerakan ini pertama kali dimulai di Sydney, Australia pada tahun 2007, dengan memadamkan listrik minimal selama satu jam mulai dari pukul 20.30-21.30. Pada peringatan Earth Hour 60+ 2015 tingkat provinsi yang digelar oleh Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jabar kali ini mengusung tema “Ini Aksiku, Mana Aksimu”. Pada pemadaman lampu selama satu jam, secara serentak dilakukan di empat titik di Kota Bandung, yaitu Gedung Sate, Balai Kota Bandung, Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Padjadjaran (Unpad). Selain pemadaman listrik juga dilakukan pelepasan lampion oleh Wagub, Kepala BPLHD Jabar Anang Sudarna, Plh Sekda Jabar Iwa Karniwa, GM PT. PLN Jabar-Banten Joko Abumanan, dan CEO WWF Indonesia Efransjah. Selain itu dilakukan Lari Bijak Energi yang diikuti oleh Indo Runner Bandung dengan rute Gedung Sate menuju Balai Kota Bandung dan ditutup dengan berbagai hiburan. Menurut Deddy, partisipan aksi Earth Hour dari tahun ketahun semakin bertambah. Khusus di Jawa Barat pada tahun 2013 diikuti oleh 4 kabupaten/kota dan hingga sekarang diikuti 6 Kabupaten/kota. Dari aksi tersebut bisa dilakukan penghematan sampai 70 Mw selama satu jam pemadaman. Karenanya aksi ini harus terus digalakan dan didukung oleh semua pihak termasuk oleh media. “Di Jawa Barat saja, pertama 4 kabupaten/kota, kemudian 5 dan sekarang 8 kabupaten/kota. Itu menghemat, satu jam itu 60 Mega watt/hour (Mw/h) bayangkan. Kemudian di 2013 70 Mw/h, nah ini kalau itu menjadi salah satu gaya hidup masyarakat bagaimana mematikan alat-alat elektronik yang tidak dipakai, minimal satu jam satu hari, kita bisa menghemat sumber energy. Ini sangat penting, makanya perlu disosialisasikan lebih luas lagi. Maka peran teman-teman pers ini sangat perlu. Barangkali orang tidak melihat yang menurut mereka kontribusinya kecil buat dirinya dan di rumah tangga. Tetapi kalau itu dilakukan serentak berapa puluh Mw itu bisa dihemat,” tutur Deddy. Sebelumnya pada sambutan yang disampaikan oleh Kepala BLHD Jabar, Anang Sudarna mengatakan dengan semakin banyaknya kabupaten/kota yang mengikuti aksi ini diharapkan bisa menjadi budaya masyarakat untuk hemat energi. “Tahun ini tahun ke lima yang dipelopori oleh BLPHD dengan beberapa pihak dan baru 7 kota yang mengikuti kegiatan ini. Tujuannya adalah untuk membangun karakter dan budaya masyarakat untuk hemat energi dalam menggunakannya. Termasuk penggunaan perangkat elektronik. Jadi kenapa 60+, ini minimal satu jam tiap hari. Plusnya bisa berapa saja,” ujar Anang dalam sambutannya. Sedang menurut GM PT. PLN Jabar-Banten, Joko Abu Manan untuk mengidupkan listrik selama satu jam atau setara 7.000 mw, diperlukan bahan bakar bila dikonversikan dengan batu bara berarti membutuhkan 7.000 ton atau 2 kapal tongkang batu bara. Dan yang paling menghawatirkan untuk pembangkit listrik di Indonesia 90 % menggunakan energi fosil yang sangat terbatas dan tidak bisa diperbaharui. “Pada malam seperti ini PLN membangkitkan hampir 7.000 mw. Kira-kira kalau dikonvesrikan pada batu bara Itu 7.000 ton. Satu tongkang itu kira-kira 3.000 ton jadi Satu jam kita nyalakan itu 2 tongkang dibakar. Kami apresiasi sekali kalau listik itu mahal. Dan kebetulan listrik di kita ini 90% menggunakan fossil fuel dan baru 10 % yang reliable, dan harapannya dengan menghemat kita bisa membangun anak cucu kita bisa memanfaatkan listrik ini untuk kehidupan yang lebih baik,” pungkas Joko. (*)