KABUPATEN BANDUNG BARAT, BAPPEDA JABAR – Bappeda Provinsi Jawa Barat menyelenggarakan Rapat Koordinasi Bidang Ekonomi Bappeda Kabupaten/Kota se-Jawa Barat dan Perangkat Daerah Provinsi Jawa Barat Mitra Bidang Ekonomi di Hotel Mason Pine pada 03-04 Desember 2018. Acara ini dibuka langsung oleh Wakil Bupati Kabupaten Bandung Barat (KBB) Hengky Kurniawan. Bupati menyampaikan bahwa berharap acara ini dapat menghasilkan masukan program pembangunan bagi Jawa Barat dalam hal bidang ekonomi yang baik dan tepat sasaran. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan menjadi sesuatu yang unggul di KBB tetapi sulit dikembangkan. Beliau juga berharap ketimpangan ekonomi dalam berbagai sektor di KBB dapat dibantu dan didukung oleh Pemprov Jabar dalam mencari solusi. Tema yang diangkat dalam rapat ini adalah ‘Perencanaan Pembangunan di Bidang Ekonomi yang Berdaya Saing dengan Inovasi dan Kolaborasi’. Menghadirkan tiga narasumber, Rakor terbagi menjadi tiga sesi. Sesi pertama menghadirkan narasumber Prof. Dr. Ir Agus Pakpahan yang membahas mengenai Membangun Jawa Barat dengan Intisari Pertanian. Prof. Agus menjelaskan bahwa intisari pertanian itu terbagi menjadi sinar matahari, air, tanah, bahan organic, mikro organisme dan makhluk hidup, tanaman, ternak, dan ikan. Bahan organic dan mikro organisme serta peran positif dari insekta khususnya lalat sering dilupakan. Interaksi Geo-System dan system social ekonomi. Dimensi masalah Jawa Barat kemudian dikaitkan dengan pertanian yang bias dkembangkan dan sangat berpotensi dalam penjelasan Prof. Agus. Sesi kedua dan menghadirkan narasumber Prof. Ir. Mega Fatimah Rosana, M.Sc., Ph,d membahas mengenai Analisis Pariwisata sebagai lokomotif pembangunan ekonomi. Keunggulan pariwisata di Jawa Barat terletak dari tingginya keberagaman destinasi pariwisata. Sedangkan kelemahan pariwisata Jawa Barat ada pada infrastruktur berupa konektivitas ke sire pariwisata/jalan, amnities terkait dan pengelolaan destinasi pariwisata. “Perlu dikembangkan lagi kebijakan yang mengatur mengenai pengelolaan destinasi pariwisata di Jawa Barat yang berlandaskan prinsip-prinsip sustainable development. Beberapa wilayah di Jawa Barat tidak memiliki Ripparda sebagai acuan untuk pariwisata di daerahnya,” ungkap Prof. Mega. Sesi ketiga menghadirkan narasumber Dr. Tommy Perdana, SP., MM yang membahas mengenai Pengembangan Model Smart Agriculture di Jawa Barat. Pengkolaborasian teknologi dan pengembangan agriculture sangat penting. Smart Agriculture di Jawa Barat terbagi menjadi Cluster Tani, Simpul Pangan, Teknologi Cerdas, dan Rekayasa Sosial. Rakor Perencanaan Pembangunan Bidang Ekonomi ditutup oleh arahan Kepala Bidang Ekonomi Bappeda Provinsi Jawa Barat mengenai perencanaan pembangunan Jawa Barat terkait bidang ekonomi untuk tahun 2018-2023. Menurut Dr. Iendra Sofyan, SY., M.Si rencana dua bis pariwisata per Kabupaten/Kota se-Jawa Barat akan terealisasi, sehingga Bappeda Kabupaten/Kota yang hadir diharapkan menyiapkan program untuk tema bis pariwisata. Hal ini untuk mendukung pariwisata sebagai basis lokomotif ekonomi juga, beberapa daerah akan diberi dana untuk merevitalisasi destinasi wisatanya. “Ada dua tipe, tipe satu ada 5 Kabupaten/Kota yang diberikan kucuran dana sebanyak 5-10 Miliar. Sedangkan tipe dua akan berkaitan dengan wisata air, sehingga dana yang dikucurkan lebih besar, yaitu 25 Miliar. Setiap Desa harus menjadi desa wisata, ini adalah tugas pemerintah daerah Kabupaten/Kota untuk menetapkan tema dari desa wisatanya. Bisa jadi pertanian, perhutanan, atau mengkolaborasikan. Misalnya peternakan dan pertanian menyatu, kita ingin menjadi pariwisata menjadi lokomatif berbasis pertanian dan peternakan. Tugas Ibu/Bapak adalah mengemas menjadi Jabar Juara dan semua program yang telah direncanakan, dapat terealisasi. Mohon bantuannya,” pungkas Kepala Bidang Ekonomi Bappeda Provinsi Jawa Barat.