BANDUNG, PIKIRAN RAKYAT — Didorong kinerja industri pengolahan dan konsumsi rumah tangga, Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat mencatat perekonomian Jawa Barat selama triwulan I-2018 tumbuh sebesar 6,02%. Catatan tersebut jauh di atas raihan ekonomi nasional yang tumbuh 5,06%. Kepala BPS Jabar Dody Herlando menuturkan, pertumbuhan terjadi pada hampir semua lapangan usaha kecuali pertanian, kehutanan dan perikanan, pertambangan dan penggalian, serta pengadaan listrik dan gas yang mengalami penurunan. Jasa perusahaan merupakan lapangan usaha yang memiliki pertumbuhan tertinggi sebesar 11,29%, diikuti real estat 10,18%, dan konstruksi 9,79%. Struktur perekonomian Jabar menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku pada triwulan I-2018 masih didominasi oleh tiga lapangan usaha utama yaitu industri pengolahan sebesar 42,58%, perdagangan besar-eceran dan reparasi mobil-sepeda motor sebesar 14,78%, serta pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 9,16%. ”Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi Jawa Barat triwulan I-2018 (yoy), industri pengolahan memiliki sumber pertumbuhan tertinggi yakni sebesar 3,19%, diikuti perdagangan besar-eceran dan reparasi mobil-sepeda motor (0,80%), serta konstruksi (0,76%),” katanya, di Bandung, Senin 7 Mei 2018. Adapun dari sektor industri yang mendorong catatan tersebut adalah sektor tekstil, otomatis, mesin, dan elektronika yang juga tecermin dari kinerja ekspor. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan positif terjadi pada seluruh komponen, dengan pengeluaran konsumsi LNPRT memiliki pertumbuhan positif tertinggi yakni sebesar 18,15% disusul oleh ekspor barang dan jasa 6,71%, pembentukan modal tetap bruto 6,16%, pengeluaran konsumsi pemerintah (4,96%), dan pengeluaran konsumsi rumah tangga (4,82%). ”Aktivitas permintaan akhir, yang diperkirakan didorong fenomena pilkada, masih didominasi komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga yang mencakup lebih dari separuh PDRB Jawa Barat sehingga mendorong akselerasi pada triwulan I-2018,” katanya. Nasional Sementara itu, di tingkat nasional, BPS merilis pertumbuhan ekonomi nasional triwulan I tahun 2018 mencapai 5,06%. Angka tersebut didorong oleh pertumbuhan produk domestik bruto di semua lapangan usaha. Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto mengatakan, pertumbuhan ekonomi tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I tahun 2017 sebesar 5,01%. Angka tersebut juga lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2016 dan 2015 yang masing-masing sebesar 4,94% dan 4,83%. ”Ini merupakan indikator yang cukup positif. Kita berharap pertumbuhan ekonomi terus mengalami peningkatan setiap triwulannya sehingga pertumbuhan ekonomi tahun 2018 mengalami peningkatan cukup signifikan. Apalagi pada triwulan berikutnya ada momen-momen yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi seperti puasa dan Lebaran, Asian Games, serta pilkada,” ujarnya saat konferensi pers di Jakarta, Senin 7 Mei 2018. Akan tetapi, angka pertumbuhan tersebut mengalami penurunan dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi triwulan IV tahun 2017 sebesar 5,19%. ”Jika dibandingkan antartriwulan memang sering kali dipengaruhi faktor musiman karena pada tahun-tahun sebelumnya pertumbuhan ekonomi triwulan I memang lebih rendah dibandingkan dengan triwulan IV tahun sebelumnya,” ucapnya. Menurut Suhariyanto, pertumbuhan ekonomi tersebut dipicu oleh produk domestik bruto di semua lapangan usaha yang tumbuh positif. Hal itu terutama sektor transportasi dan keuangan serta informasi dan komunikasi. Sementara sektor pertambangan hanya mengalami pertumbuhan 0,74%. ”Namun, angka tersebut lebih baik dibandingkan triwulan I tahun 2017 yang sempat mengalami kontraksi,” tuturnya.