BANDUNG,(PR).- Upaya PT BIJB menambah jumlah mitra strategis dalam pengelolaan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati, Majalengka terus bertambah. PT BIJB melalukan penandatanganan MoU dengan PT Railink tentang kerjasama transportasi intermoda di Bandara Internasional Kertajati, dan juga dengan PT Gapura Angkasa tentang kerjasama pengelolaan Groundhandling dan Warehousing di Bandara Kertajati, Selasa, 24 Januari 2017 malam. Hadir dalam acara penandatangan MoU tersebut Direktur Utama PT BIJB Virda Dimas Ekaputra, sementara dari PT Railink langsung oleh Direktur Utama Heru Kuswanto dan dari PT Gapura Angkasa Direktur Keuangan Esther Siahaan. Virda mengatakan dalam masterplan Bandara Kertajati, terdapat rencana untuk membangun terminal multimoda berikut dengan jalur kereta api bandara. Penandatanganan MoU ini adalah sebagai bentuk awal dari penjajakan kerjasama tersebut dan diharapkan untuk kedepannya PT BIJB bersama PT Railink dapat mengelola terminal multimoda bandara kertajati bersama, termasuk di dalamnya pengelolaan kereta bandara. Selain mengelola terminal multimoda, Railink juga akan mengelola kereta bandara. “MoU ini bentuk penjajakan kerjasama ke depan agar nanti ada layanan kereta ke bandara,” katanya dalam rilis yang diterima “PR”, Rabu, 25 Juli 2017. Railink sendiri menurutnya sudah berpengalaman mengelola kereta bandara seperti di Soekarno-Hatta, hingga Kualanamu, Medan. Di MoU tersebut kedua belah pihak dalam enam bulan ke depan akan membahas detil teknis bagaimana merealiasasikan kereta bandara. Sementara untuk kegiatan Groundhandling dan cargo warehousing di bandara kertajati, PT BIJB membutuhkan mitra yang telah memiliki pengalaman di bidang tersebut. Sehingga dijajaki kerjasama dengan PT Gapura Angkasa dengan MoU sebagai langkah awal penjajakan kerjasama tersebut. Diharapkan kelak dapat dilakukan kerjasama dalam mengelola Groundhandling dan cargo warehousing di Bandara Kertajati. “PT Gapura Angkasa yang merupakan anak perusahaan AP II sudah memiliki banyak mitra airlines dan pengalaman dalam mengelola groundhandling serta cargo warehousing,” tuturnya. Direktur Utama PT Railink Heru Kuswanto mengatakan Railink merupakan anak perusahaan dari PT Kereta Api Indonesia dan PT Angkasa Pura II di amanahkan menjadi operator Kereta Api Bandara pertama di Indonesia. “Saat ini kami sudah operasional di Kualanamu Medan, dan nantinya akan melayani di beberapa kota besar di Indonesia, Kereta Api Bandara Soekarno Hatta merupakan project terdekat kami,” katanya. Railink hadir sebagai alternatif transportasi bagi masyarakat dari dan menuju Bandara. Dan kerjasama yang dijalin antara Kereta Api Bandara Railink dengan Bandar Internasional Jakarta Barat merupakan wujud komitmen Railink untuk memberikan layanan kepada masyarakat Indonesia. Selain itu dari sisi bisnis, Bandar Internasional Jakarta Barat merupakan pasar yang cukup potensial d masa mendatang. Kami akan melayani masyarakat Jawa Barat nanti nya. “Kami berharap penandatanganan MOU pada malam ini antara PT Railink dan PT BIJB merupakan awal kerjasama yang baik dan dapat dikembangkan lebih luas lagi ke depannya,” katanya. Sementara Direktur Keuangan PT Gapura Angkasa Esther Siahaan memastikan pihaknya siap mendukung dan menjadi mitra untuk memberikan pelayanan groundhandling di Bandara Internasional Kertajati. PT Bandarudara Internasional Jawa Barat (BIJB) adalah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang dibentuk Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Perda No. 22 Tahun 2013 kemudian didirikan pada 24 November 2014. BIJBbertanggung jawab untuk pembangunan dan pengembangan serta pengoperasian Bandara Internasional Kertajati, juga mengembangkan Kawasan Aerocity yang terintegrasi dengan Bandarudara untuk mengembangkan perekonomian di sekitarnya. Terletak di Majalengka, Jawa Barat, Bandara Kertajati Aerocity diharapkan menjadi masa depan layanan penerbangan yang didukeung oleh sistem yang terintegrasi aksesibilitas jalan raya, kecepatan kereta api, dan pelabuhan. Dengan konsep Aerocity, diharapkan menjadi pusat kegiatan ekonomi yang didukung oleh potensi besar sumber daya alam dan pertanian sehingga bandara ini kelak bertindak sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat.