BANDUNG — Saat ini menjalani hidup di era globalisasi bukanlah perkara yang mudah. Di Indonesia sendiri, jumlah penduduknya sebanyak 250 juta namun tidak berbanding lurus dengan penggunaan gawai hingga mencapai 281 juta. Sehingga membuat cara berpikir masyarakat menjadi pragmatis dan hedonisme. Disampaikan Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Barat saat mengisi Tausiyah pada Acara Tabligh Akbar DKM Masjid Atta’awun dengan Tema “Hikmah Maulid Nabi 1438 H” di Masjid Atta’awun Puncak Cisarua Kabupaten Bogor, Kamis (11/1/17). “Karena yang dialami masyarakat sekarang bukan lagi tuntunan menjadi tontonan sebaliknya tontonan berubah menjadi tuntunan,” lanjutnya. Maka yang harus dilakukan sebagai orangtua adalah sebagai pengendali hidup melalui Al-Quran, kasih sayang, pengawasan dan doa. Kenyataannya, kata Netty, ibu sibuk dengan urusannya sendiri seperti ngrumpi dan nonton sinetron. Sementara anaknya anteng menggunakan gawai tanpa pengawasan dan edukasi. Inilah yang membuat kondisi generasi muda kita ada di ujung tanduk, di persimpangan jalan dan dalam situasi terancam. Netty menungkapkan kemajuan teknologi tentunya tidak selamanya baik bagi anak-anak. Seperti beberapa saat yang lalu ada sekitar 90 anak lelaki bahkan membengkak hingga 150 anak terjebak prostitusi online berlokasi di Bogor. Bahkan ada kasus yang pernah ditangani oleh P2TP2A Provinsi Jawa Barat tahun lalu yang telah dititipi 5 gadis remaja usia 15-18 tahun hasil penertiban Polrestabes Jawa Barat. Mereka mencari sendiri alamat lokalisasinya melalui gawai bahkan mendaftarkan diri kepada mucikari. Selain itu, Netty menilai fenomena kawin kontrak yang masih marak di daerah Puncak Bogor dirasa meresahkan dan mengakhawatirkan. Kawin kontrak ini menawarkan keindahan semu bahwa seolah-oleh menikah dan menghasilkan keuntungan besar. Biasanya dilakukan sekitar 2 minggu sampai 1 bulan. “Ketika masyarakat berpikir ngapain kerja susah-susah kalau hasilnya ngga seberapa tapi jika ada pilihan kerja ringan hasilnya besar tentu itu sangat menggiurkan. Nah itu pragmatisme yang melanda masyarakat,” ungkap Netty. Dalam hal ini, Netty yang juga sebagai Ketua P2TP2A Provinsi Jawa Barat mengingatkan masyarakat dengan menyadarkan tindakan seperti itu merupakan melawan hukum dan melanggar norma agama. Berikutnya dampak sosial yang harus ditanggung ketika melakukan kawin kotrak, pastinya menimbulkan penyakit menular seksual, HIV dan AIDS bagi perempuan. Pastinya perlu penaganan yang komprehensif dari berbagai pihak baik penguatan kelembagaan dan edukasi di tengah masyarakat. Netty berharap pada peringatan Maulid Nabi ini masyarakat Jawa Barat dapat memaknai bahwa Rasulullah SAW sebagai panutan. Maka keteladanan Rasulullah SAW harus diterapkan dalam kehidupan kita seperti berumah tangga, pengasuhan dan interaksi sosial di masyarakat, bahkan urusan bernegara. Kaitannya dalam keluarga, sebagai orangtua harus memiliki keteladanan baik dalam ucapan, sikap dan perilaku. Karena bagaimanapun anak itu akan meniru dan mengimitasi yang dilihat apa yang dilakukan orangtua dalam membangun karakternya. Tentunya, Netty menghimbau semua harus dimulai dari keluarga. Ketika orangtua harmonis, dapat membangun komunikasi dua arah dengan anak dan perbanyak doa tentunya ketahanan keluarga akan tercipta dan menghasilkan generasi penerus yang berakhlaq.