Indramayu (PR).- Pemerintah Kabupaten Indramayu melalui Dinas Pertanian dan Peternakan tertarik mengembangkan sitem pertanian save and grow atau intergrasi sawah dan kolam ikan. Sebagai langkah awal, Distannak Indramayu berencana menerapkan sistem tersebut di lahan pertanian seluas 150 hektar. Kepala Seksi Produksi Bidang Tanaman Pangan Distannak Indramayu Abdul Muin mengharapkan program pertanian tersebut bisa meningkatkan penghasilan petani. “Rencananya sistem seperti ini akan dilakukan mulai September 2016. Targetnya meningkatkan perekonomian petani tentunya,” kata dia seusai mengunjungi kelompok tani di Kecamatan Kertasemaya Kabupaten Indramayu, Jumat, 26 Agustus 2016. Abdul menyebutkan sistem save and grow atau yang dikenal juga dengan sebutan mina padi, akan diterapkan di wilayah pertanian tujuh kecamatan seperti Kecamatan Indramayu, Bongas, Anjatan dan lainnya. Untuk menerapkan sistem tersebut, ia mengatakan lahan yang dipilih memiliki suplai air melimpah di dekat sungai atau saluran pembuangan air. Menurut penilaian Abdul, sistem save and grow yang baru diterapkan sekelompok petani di Kecamatan Kertasemaya bisa menjadi alternatif petani lain di daerahnya. “Sistem ini bisa menghemat biaya produksi para petani karena bahan yang digunakan dibuat dari bahan-bahan yang ada di sekitar mereka, bukan dibeli dari toko,” katanya menjelaskan. Dalam program pengembangan sistem tersebut, pihaknya diakui telah melakukan sosialisasi kepada para petani di desa terkait. Abdul mengatakan prgram tersebut dibiayai APBNP. Ke depan, ia berharap para petani bisa lebih mandiri melanjutkan sistem pertanian tersebut. “Di Indramayu ini sebenarnya belum ada yang menggunakan sistem pertanian organik murni. Baru beberapa petani yang menggunakan sistem sem organik,” kata Abdul menambahkan. Salah satu faktor yang menyebabkan kurangnya minat petani adalah kesulitan menjual padi organik ke pasaran. Menurut Direktur Eksekutif Yayasan FIELD Indonesia Widyastama Cahyana, program save and grow yang dikembangkannya bersama Badan Pangan Dunia (FAO) baru di dua daerah yakni Indramayu dan Pasuruan. Menurutnya, terdapat perbedaan mendasar di dua lokasi tersebut terutama sumber pengairan dan cara petani menghidupkan ekosistem sawah masing-masing. “Kalau di Indramayu ini sumber airnnya dari saluran irigasi dan warnanya keruh kalau di pasuruan daerahnya berbukit-bukit sehingga airnya itu dari sumur-sumur dalam tanah,” kata Widyastama. Ia memastikan sistem tersebut nantinya akan menguntungkan pemerintah daerah setempat.