Inilah, Bandung.- Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar mengaku geram dengan tindakan yang diduga kekerasan di Taman Hutan Raya (Tahura) Ir Djuanda, Kabupaten Bandung. Padahal, petugas di sana dinilainya hanya melakukan sosialisasi penertiban terhadap kafe-kafe yang diduga liar. “Kemarin baru sosialisasi saja sudah ada tindak kekerasan. Ada apa ini?” kata Deddy kepada wartawan, Selasa (7/6/2016). Pria yang akrab disapa Demiz ini menduga ada kelompok yang mengambil keuntungan sendiri. Oleh sebab itu harus dilakukan penelitian lebih jauh. Demiz pun merasa prihatin kasus kekerasan itu menimpa kepala Balai Tahura. Bahkan, kasus tersebut terjadi ketika ada rencana penertiban kafe-kafe yang dinilai telah melanggar aturan. “Mungkin ada mantan pengelola tahura yang ikut berperan di situ. Yang jelas ini perlu ditertibkan, jangan jadi preseden buruk sehingga di mana-mana ada kerusakan,” ungkapnya. Dia pun meminta pengelola kafe segera melakukan pembongkaran terhadap bangunan yang mereka dirikan. Apalagi saat ini sudah diberikan teguran yang ketiga kalinya. “Bongkar dulu, kalau mau kerja sama lagi ya diatur kerja samanya secara jelas, bagaimana bangunannya, bentuknya. Yang jelas harus dihentikan dulu semuanya,” tegas Demiz. Dia menjelaskan, di Tahura ada 4 kafe yang menyalahi aturan. Dia berharap pengelola kafe menaati aturan yang berlaku dan tidak mendirikan suatu bangunan usaha di tempat yang tidak semestinya. “Boleh saja mereka berusaha, tetapi harus sesuai aturan. Tapi sekarang harus dibongkar dulu, ditertibkan. Kalau mau dilakukan kerja sama, lakukan kerja sama yang baik,” katanya. Pemprov memberikan waktu kepada para pengelola kafe untuk melakukan pembongkaran sendiri. Namun bila tidak dilakukan, pihaknya akan melakukan bongkar paksa. “Kita minta dibongkar sendiri, itu harus segera, kalau tidak ya kita bongkar,” ucapnya. Demiz juga meminta aparat kepolisian bisa mengusut kasus tersebut dengan baik. Sehingga tidak ada aksi kekerasan lagi ke depannya. “Kekerasan ini harus diusut tuntas,” katanya. Sebelumnya, warga sekitar Taman Hutan Raya (Tahura) Djuanda yang sehari-hari bekerja di sejumlah kafe di tempat tersebut menyayangkan pemberitaan yang menyudutkan mereka. Hal itu terkait keributan saat sosialisasi penertiban kafe yang diprakarsai Satpol PP Jawa Barat di ruang audio visual Tahura, di desa Ciburial, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Rabu (1/6/2016). Keributan tersebut dipicu sikap arogan dan kasar dari Kepala Balai Tahura kepada warga. Heri Supriadi, salah seorang warga Ciburial yang hadir pada acara sosialisasi menuturkan, mulanya acara berjalan kondusif. Pada saat sesi penyampaian pandangan, dari perwakilan warga terjadi perbedaan pendapat. Tiba-tiba Kepala Balai Tahura Lianda Lubis berdiri lalu menghampiri kursi warga dan melakukan tindakan kasar. “Sebelum berdiri, pak Lianda merebut pengeras suara dari petugas Satpol PP, lalu dia menghampiri warga dan bertindak kasar. Tangan dia mengenai pundak seorang warga dengan keras. Warga marah dan berdiri dan pak Lianda terkena kursi. Jadi bukan dianiaya dengan dihantam pakai kursi. Kalau dia bilang dianiaya, itu fitnah. Saksinya banyak, bahkan ada warga yang merekam kejadiannya. Jangankan pak Lianda, warga juga ada yang luka karena saat kejadian warga berdiri spontan, sehingga deretan kursi yang posisinya rapat jadi berantakan,” kata Heri di Ciburial, Kabupaten Bandung, Senin (6/6/2016).