Bandung, (PR).- Berbagai kalangan di jawa barat berharap Bank Indonesia terus melanjukan kebijakan penurunan tingkat suku bunga acuan (BI rate). Mereka beralasan hal tersebut akan meningkatkan daya saing ekonomi tanah air dan sekaligus akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan investasinya di Indonesia.
Di sis lain, penurunan BI rate juga diprediksikan akan memacu penyaluran kredit sepanjang 2016 yang bisa jadi kembali menyetuh di kisaran 20%-22%.
Hal tersebut disampaikan ketua Asosiasi pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Barat Dedy Widjaja dan Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Bandung Koordinator Jabar Aldrian Herwany yang ditemui secara terpisah di Bandung, Minggu (17/1/2016).
Dedy memberikan gambaran betapa krusialnya besaran bunga kretid bagi dunia usaha. Dedy memaparkan, harga bahan baku industri seperti besi,plastik, karet, ataupun timah, pada dasarnya diseluruh belahan bumi manapun sama, semua dipatok dalam harga dolar Amerika Serikat. Namun, yang menjadi pertanyaan, mengapa harga produk di tanah air menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan negara lain.
Hal tersebut karena adanya perbedaan bunga kredit di masing-masing negara, misalnya di antara sesama negara Asia Tenggara. Di Indonesia untuk industri umum, bunga kredit bisa mencapai 17% sedangkan di singapura di kisarkan 6% sehingga ada perbedaan yang sangat mencolok dalam hal biaya.
Ketika bunga kredit mahal, pengusah harus ekstra keras untuk mendapatkan profit yang di tunjukan untuk menutupi bunga pinjaman, katanya.
Oleh karena itu, Dedy mengapresiasi langkah bank sentral yang akhirnya menurunkan suku bunga acuan meskipun hanya 25 basis poin dari 7,50% menjadi 7,25%. Angka tersebut diakuinya seolah menjadi suplemen bagi dunia usah untuk bisa kembali bergeliat dan bersaing dengan industri.
Meskipun demikian, Dedy berharap, kebijakan bank setral tersebut tidak berhenti di level 7,25%. Ia mengharapkan agar langkah tersebut terus dilanjutkan agar daya saing dunia usaha terus diperkuat terutama demi menghadapi produk impor.
Kami menyadari tidak bisa langsung diturunkan secara drastis karena bisa memicu shock. Oleh karena itu, bertahap turun tetapi dengan target. Misalnya per tiga bulan sekali dievaluasi sudah cukup baik hingga pada akhir tahun 2016 sudah lebih rendah paling tidak 1%, ucapnya.
Dorong ekspansi kredit
Sementara itu, Aldrin Herwany memperkirakan,dengan penurunan BI rate ditengah gencar nya proyek infrastruktur maka akan banyak sindikasi perbankan pada 2016 menyalurkan kredit infrastruktur. Hal itu akan mendorong ekspansi kredit secara besar-besaran setelah sebelumnya pada 2015 sempat melemah.Ia memperkirakan pertumbuhan kredit bisa kembali di kisaran 20%-22%.
Perlamatan ekonomi yang terjadi pada 2015 harus diaku bukan hanya karena pengaruh kondisi perekonomian global,tetapi juga ada andil dari situasi didalam negeri, yakni bunga yang tinggi sehingga roda perkonomian tidak bergerak sebagai mana bisanya, katanya.
Senada dengan Dedy, ia pun berharap bank sentral bisa menurunkan BI rate secara bertahap dan dilanjutkan hingga suku bunga acuan kembali bisa dipatok dibawah 6% seperti yang sempat terjadi pada 2012 lalu. Kala itu, BI rate dipatok di angka 5,75%.
Kemarin itu turun hanya 25 basis poin bisa dimengerti karena juga harus memperhatikan stabilitas ekonomi dan tetap waspada. Akan tetapi, tetap secara gradual bisa diturunkan jika dirasa stabilitas bagus,seperti per dua bulan BI bagaimanapun harus mengingat, independensi yang dimiliki, dalam konteks bunga, jangan sampai mengorbankan masyarakat umum, ujarnya.
Lebih lanjut, dikatakan Aldrin, suku Bungan acuan pun erat kaitannya dengan persoalan persepsi. Ia kembali mengingatkan dengan mematok tinggi, secara tidak langsung dipersepsikan bahwa resiko yang ada di negara ini tinggi. Hal itu tentunya akan memengaruhi investor yang akan mengharapkan imbal yang tinggi pula.
Dengan BI menurunkan bunga acuannya maka bank sentral meyakinkan dengan membentuk persepsi bahwa resiko di negara ini rendah, katanya.
Untuk diketahui, BI akhirnya menurunkan suku bunga acuannya menjadi 7,25% pada Kamis(14/1/2016)lalu. Suku bunga deposit facility 5,25% dan lending facility level 7,75%. Hal ini merupakan untuk pertama kalinya BI menurunkan tingkat suku bunga sejak terakhir kali diturunkan pada 17 Februari 2015 lalu. Level 7% telah dipatok sejak 29 Agustus 2013 lalu.