BAPPEDA JABAR - Sri Wahyuni Pecahkan Rekor PON Angkat Besi
Sri Wahyuni Pecahkan Rekor PON Angkat Besi
21 September 2016 11:08

SOREANG, (PR).- Jawa Barat mendulang 2 medali emas dan 2 perak di hari pertama pertandingan cabor angkat besi PON XIX di Gymnasium Gelora Sabilulungan Jalak Harupat, Kabupaten Bandung, Selasa, 20 September 2016. Emas Jabar dipersembahkan oleh lifter putri Sri Wahyuni di kelas 48 kilogram dan dan Syarah Anggraini di kelas 53 kilogram.

Selain meraih emas, Sri Wahyuni juga memecahkan rekor PON untuk angkatan Snatch dan total angkatan. Rekor itu sebelumnya dipegang oleh pelatih Sri sendiri, M.G. Supeni yang memperkuat kontingen Aceh pada PON 2004 (80 kg snatch) dan Citra Febrianti yang memperkuat Lampung pada PON 2008 (181 kg total).

Rekor itu ia pecahkan pada angkatan kedua snatch 81 kilogram, setelah angkatan pertama ia juga sukses menanggung beban seberat 77 kilogram. Pada angkatan ketiga, Yuni mencoba beban yang lebih berat dari biasanya, 85 kilogram, sayang percobaan itu gagal.

Dalam angkatan clean and jerk (CJ), Sri sukses mengangkat beban 101 kilogram. Dengan total angkatan 182 kilogram, Sri sudah dipastikan meraih emas. Oleh karena itu di dua angkatan berikutnya ia mencoba memcahkan rekor PON yang juga masih dipegang Citra Febrianti seberat 103 kilogram. Sayang Sri yang tak tangung-tanggung mencoba 111 kilogram, gagal di dua angkatan terakhir itu.

Sementara itu perak nomor 48 kilogram diraih lifter Kaltim Lisa Setiawati yang mencatat total angkatan terbaik 166 kilogram (Sn 75 Kg – CJ 91 kg). Perunggu diraih oleh lifter DKI Jakarta Lisa Indriyani dengan total angkatan terbaik 156 kilogram (70-86).

Menyusul kesuksesan Sri yang mempertahankan gelarnya di PON, Syarah Anggraini juga berhasil meraih emas pertamanya di ajang PON dari kelas 53 kilogram. Syarah mencatat angkatan terbaik 85 kilogram snatch dan 103 kilogram CJ, sehingga total angkatannya mencapai 188 Kilogram.

Sementara itu lifter Jabar lain Dewi Safitri yang turun di kelas yang sama, harus puas dengan perak. Dewi tak mampu menggungguli rekannya sendiri, karena hanya mencatat total angkatan terbaik 184 kilogram (79-105). Medali perunggu kelas ini diraih oleh lifter debutan Jambi, Yulia Eka Masweni dengan total angkatan terbaik 175 kilogram (78-97).

Meskipun demikian, keberhasilan lifter putri Jabar tidak diikuti oleh lifter putra mereka yang berlaga di kelas 56 dan 62 kilogram. Dari dua kelas itu, Jabar hanya meraih perak dari M. Hasbi.

  1. Furqon yang sebenarnya diproyeksikan menyumbang emas bagi Jabar kelas 56 kilogram, sebenarnya membuka asa saat menempati urutan teratas angkatan terbaik snatch 116 kilogram. Sayang Furqon mengalami cedera saat percobaan angkatan pertama CJ, sehingga tak bisa melanjutan pertandingan.

Juara kelas 56 kilogram akhirnya diraih Surahmat yang menyumbangkan emas pertama bagi kontingen Aceh di PON XIX, dengan total angkatan terbaik 255 kilogram (115-140). Sedangkan perak diraih lifter Kaltim I Komang Agus dengan total angkatan terbaiki 246 kilogram (109-137).

Sementara M. Hasbi yang turun di kelas 62 kilogram putra, harus berhadapan dengan peraih perak Olimpiade Rio 2016, Eko Yuli (Jatim). Akibatnya, Hasbi yang mencatat total angkatan terbaik 280 kilogram (120-160), tak mampu menyaingi Eko yang mencatat total angkatan terbaik 307 kilogram (137-170).

Sama seperti Sri, Eko juga memecahkan rekor PON untuk angkatan snatch dan total atas namanya sendiri. Sebelumnya, kedua rekor itu diukir Eko seberat 141 kilogram snatch dan 325 kilogram total pada PON 2012.

Seusai pertandingan, manajer tim angkat besi Jabar Agus Gumilar mengaku sedikit kecewa dengan melesetnya target di kelas 56 kilogram putra. “Namun ini di luar dugaan, karena faktor non teknis seperti cedera adalah hal yang tak bisa diprediksi,” ujarnya.

Meskipun demikian, Agus menegaskan, hasil hari pertama sudah sesuai target. Tiga kelas lain sudah memberikan hasil sesuai yang diperkirakan sebelumnya.

Di sisi lain Agus mengakui adanya strategi khusus yang diterapkan di kelas 53 kilogram putri. Sebelumnya, Syarah memang sempat diplot untuk turun di kelas 58 kilogram.

“Kalau dipaksakan, kemungkinan di kelas 58 kilogram hanya bisa meraih perunggu. Jadi kami sengaja mengosongkan kelas 58 kilogram dan menurunkan dua lifter di kelas 53 kilogram. Ternyata efektif dan kami meraih tambahan perak sebagai gantinya,” tutur Agus.

Agus menambahkan, Jabar masih memiliki peluang untuk menambah 3-4 emas di kelas-kelas berikutnya. Namun ia masih merahasiakan kelas mana saja yang diproyeksikan untuk memenuhi target 5 emas bagi Jabar di cabor angkat besi.

 

Copyright © Humas Bappeda Provinsi Jawa Barat 2022