SEOUL, (PR).- Serangan malware Ransomware WannaCry yang menginfeksi lebih dari 300.000 komputer di seluruh dunia. Ada indikasi malware ini terkait dengan para peretas asal Korea Utara dan peretas yang bersimpati dengan negara Stalinis tersebut. Demikian diungkapkan para pengamat keamanan siber, Selasa 16 Mei 2017, seperti dilaporkan Reuters.
Serangan siber global yang terjadi sejak Jumat pekan lalu itu, kini mulai melemah. Pasalnya, ratusan ribu institusi di dunia telah melakukan pengamanan dengan memperbaharui antivirus dan juga membuat cadangan data. Dalam bberapa hari, malware itu telah menginfeksi sistem komputer di lebih dari 150 negara.
Peneliti keamanan siber Laboratorium Hauri, Korea Selatan, memberikan keterangan, Selasa 16 Mei 2017. Menurut mereka, Ransomware terindikasi memiliki program yang sama dengan perangkat lunak buatan kelompok Lazarus. Lazarus adalah grup peretas yang beroperasi di Korea Utara.
“Perangkat lunak yang digunakan punya kemiripan kode-kode yang dipakai kelompok peretas asal Korea Utara,” ujar Simon Choi, peneliti senior di Hauri. Simon mengaku sangat mengenal kinerja kelompok Lazarus karena fokus penelitiannya selama beberapa tahun terakhir ini adalah meneliti sejauh mana kemampuan meretas kelompok Lazarus. Keahliannya itu pula membuat Simon dipekerjakan sebagai penasehat Lembaga Intelijen Korea Selatan (NIS).
Pembuat Ransomware belum tentu Lazarus
Sementara itu, perusahaan pembuat antivirus Symantec dan Kaspersky mengatakan bahwa terlalu dini untuk menyebutkan bahwa Korea Utara adalah dalang dari serangan siber global itu. Menurut mereka, data soal kesamaan kode-kode WannaCry dengan peranti lunak buatan Lazarus dipublikasikan peneliti keamanan Google, Neel Mehta, lewat Twitter. Namun, kata Symantec dan Kapersky, tak bisa dijadikan bukti bahwa Lazarus adalah dalang serangan siber global.
Kelompok peretas Lazarus selama ini kerap melakukan aksi peretasan dengan mengatasnamakan warga miskin Korea Utara. Selama meretas secara global itu, Lazarus berhasil mengeruk uang senilai 81 juta dolar AS dari Bank Sentral Bangladesh tahun lalu. Selain itu, pada 2014, kelompok Lazarus juga berhasil meretas perusahaan film Sony yang menyebabkan sejumlah data pribadi terekspose ke publik.
Sementara itu, dilansir BBC yang mengutip keterangan Europol, sejauh ini serangan Ransomware WannaCry telah memakan korban tak kurang dari 200.000 komputer di 150 negara. Jumlah ini beda dengan laporan Reuters yang menyebutkan lebih dari 300.000 komputer.
Sejak serangan siber global itu terjadi Jumat lalu, berbagai lembaga pemerintah, rumah sakit, dan perusahaan harus mengatasi serangan ini untuk membebaskan komputer-komputer yang berhenti beroperasi. Cara membebaskannya dengan memperbaharui sistem antivirus dan juga membuat cadangan data. Koneksi jaringan internal pun diputus sementara untuk menghentikan penyebaran malware Ransomware WannaCry. (Huminca Sinaga)