RENCANA kepindahan PT Dirgantara Indonesia ke Majalengka adalah sejalan dengan rencana awal pengembangan bandara. Melebarkan kawasan industri dan investasi di Jawa Barat. Apa yang disampaikan Pak Budi Santoso, Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (PTDI), saat kami bertemu di Gedung Sate, pekan lalu, membuat saya lebih dari sekadar senang. Sebab, dalam pertemuan itu, Pak Budi menyampaikan rencana PTDI yang akan boyongan, meninggalkan Kota Bandung, dan menjadikan Kertajati sebagai markas baru. PTDI, sebagaimana kita ketahui, adalah sebuah industri yang punya sejarah panjang. Dan, harusnya prestisius. Dalam perkembangannya, PTDI membuahkan hasil-hasil produksi pesawat dan bagian pesawat yang membuat bangga anak bangsa, kecuali buat mereka yang sudah tak terbuka hatinya. Sudah 40 tahun usianya, tiga kali berganti nama; tapi dia tetap mencatat sejarah sebagai industri pesawat terbang pertama di Indonesia, juga Asia Tenggara. Mulai dari PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio saat pertama kali didirikan, jadi Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) sejak 1985, dan menjadi PTDI pada 16 tahun lalu. Perusahaan industri berteknologi tinggi dengan sejarah yang panjang itulah yang akan mewarnai hari-hari ke depan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati nantinya. Seperti yang disampaikan Dirut PTDI pada pertemuan tersebut, mereka akan mengikuti arahan Presiden Jokowi untuk memindahkan PTDI dari kawasan Husein Sastranegara ke Kertajati nantinya. Tentu, tidak serta-merta. Mereka masih butuh waktu dua-tiga tahun lagi. Begitu BIJB Kertajati selesai, mereka pun berkeinginan untuk segera bergabung dengan kawasan bandara baru itu. Lalu, kenapa saya merasa lebih dari sekadar senang mendengar kabar kesiapan dan rencana PTDI tersebut? Karena sejak awal bergulirnya rencana pembangunan BIJB Kertajati, hal-hal seperti ini yang memang kita inginkan, kita tujukan. Agar kemajuan pembangunan, peluang peningkatan taraf hidup masyarakat melalui aktivitas ekonomi, tidak tergantung di satu-dua kota/kabupaten tertentu. Bahwa BIJB Kertajati memiliki kepentingan karena dari sini bisa mengangkut ratusan ribu orang setiap tahun, itu jelas. Bandara ini nantinya akan menjadi kebanggaan masyarakat Jawa Barat, mempermudah akses bepergian kemanapun, menjadi pintu masuk yang membuat orang tak lagi harus ke Cengkareng di Jakarta jika ingin masuk ke Jawa Barat. Bayangkanlah, betapa akan bernilainya secara komersial bandara tersebut jika nanti sudah berfungsi. Orang dari luar negeri, terutama di tengah gencarnya pemerintah pusat mendongkrak industru pariwisata, bisa terbang langsung ke Kertajati dan dari sana memutuskan melanjutkan perjalanan ke Cirebon, Bandung, atau ke kabupaten/kota lainnya. Betapa akan membawa manfaat secara ekonomis buat kehidupan masyarakat. Dan, memang itu salah satu tujuan utama pembangunan BIJB Kertajati itu. Meratakan pembangunan, membuka peluang investasi ke Jawa Barat di luar Bandung, Bekasi, Purwakarta, Karawang. Selama ini, daerah-daerah itu yang menjadi sasaran investor, ya karena aksesbilitasnya memang cukup kuat. Hal semacam itulah yang kita harapkan bisa tumbuh terhadap Majalengka, Cirebon, Indramayu, Subang, dan daerah lainnya jika BIJB sudah jadi dan beroperasi. Nah, dalam konteks itulah, rencana PTDI merelokasi pabriknya ke Kertajati, menjadi salah satu penguatnya. Jika sebuah perusahaan industri sebergengsi PTDI menilai ada manfaat besar yang dihadirkan BIJB Kertajati, apalagi bagi perusahaan-perusahaan lainnya, termasuk yang bergerak di bidang manufaktur pun. BIJB bakal jadi titik yang amat atraktif bagi investor, terutama jika jalan tol Cisumdawu juga sudah berfungsi. Begitu gampang mencapai kawasan tersebut, memanfaatkan jalur tol Cipali atau Cisumdawu. Maka, nantinya yang berkembang tentulah bukan kawasan Kertajati saja. BIJB ini akan melahirkan efek bergulir ke daerah-daerah sekitarnya. Tergantung pada pemangku kepentingan dan masyarakat sekitar memanfaatkannya seperti apa. Saya percaya, efeknya akan begitu besar. Tak perlu jauh-jauh kita mencari perbandingan. Lihatlah, bagaimana Kabupaten dan Kota Cirebon kini semakin hidup setelah dibukanya akses tol Cipali. Dengan Cipali saja, kehidupan perekonomian Cirebon bisa meningkat pesat, bayangkan bagaimana jika BIJB Kertajati beroperasi. Jika Cipali sementara lebih banyak menghidupkan industri kreatif, maka BIJB Kertajati akan memperbesar dan memperluasnya, sangat mungkin masuk dalam industri manufaktur. Karena itulah, Pemprov Jawa Barat, memberikan “karpet merah” bagi PTDI untuk merelokasi aktivitasnya di BIJB Kertajati. Kita berharap, hadirnya PTDI di kawasan BIJB Kertajati akan ikut menyeret industri-industri lainnya untuk memanfaatkan keuntungan dari kehadiran bandara tersebut. Artinya, BIJB Kertajati bakal hidup dengan aktivitas kebandaraannya, sementara aero city-nya akan tumbuh dengan kehadiran industri-industri di sana.