Bandung, Bappeda Jabar,- Tepat sepekan setelah dilantik menjadi Kepala Bappeda Jabar, Yerry Yanuar mulai menjalani rutinitas barunya. Pagi ini, untuk kali pertama Yerry memimpin apel pagi di halaman belakang kantor Bappeda Jabar. Terus terang, biasanya pada saat jadi Asisten (Ekonomi dan Pembangunan), saya hanya membacakan sambutan tertulis Gubernur. Sekarang harus merumuskan. Karena itu, saya dalam dua hari ini melihat kembali kelembagaan kita di Bappeda, ujarnya, Senin (18/1). Yerry yang juga mengawali kariernya di Bappeda mengajak segenap insan Bappeda untuk bersama-sama membangun sinergi dan kebersamaan. Selain dengan internal Bappeda, komunikasi juga perlu dibangun dengan organisasi perangkat daerah (OPD) lain di Jabar. Sebagai lokomotif pembangunan, Bappeda sudah seharusnya bersinergi dengan segenap pemangku kepentingan di Jawa Barat. Ia melihat, kelembagaan Bappeda harus terus berkomunikasi untuk membangun sinergi dengan enam bidang yang terdapat didalamnya. Ketika berbicara pembangunan, perencanaan pembangunan Jawa Barat, ada dua makna: perencanaan dan pembangunan. Bidang ekonomi harus menjadi lokmotifnya di sini. Karena pembangunan apapun, pada akhirnya untuk menyejahterakan masyarakat. Ketika Bappeda merencakan sesuatu, apakah itu menyejahterakan masyarakat atau tidak, ungkapnya. Berbicara mengenai kesejahteraan tentu ukurannya ialah bidang ekonomi yang di dalamnya terdapat indikator mikro dan makro. Ketika merencanakan ekonomi, maka Bidang Sosial dan Budaya mungkin bertanya harus menyumbang apa terhadap struktur ekonomi tersebut. Sumber daya manusia seperti apa? Kualitas seperti apa? Kemudian dianalisis, ujarnya lagi Kemudian ketika berbicara ekonomi dan sosial, maka sumber daya juga menjadi perhatian penting. Ini berkaitan dengan Bidang Fisik jangan sampai terjadi eksploitasi alam berlebihan dan membahayakan lingkungan. Sebab, pembangunan sudah seyogyanya mempertimbangkan keseimbangan lingkungan. Saya ingin mengajak kita bersama-sama berkumpul, bersama-sama untuk mencapai satu tujuan. Intinya adalah kita harus beribadah, ikhlas. Ukuran ikhlas tidak ada, ada dalam hati. Yang bisa iukur itu hasilnya. Hasil itulah yang bisa kita ukur. Ukuran adalah keberhasilan. Insya allah ketika berbicara dalam hidup ada beribadah, sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN), kita berusaha melakukan apapun untuk kemajuan bangsa dan untuk kemajuan Jawa Barat, tandasnya. Dia juga kembali mengingatkan tiga hal yang menjadi filosofi hidup. Yakni, berhitung, menghitung, hitung-hitungan. Berhitung dalam arti waspada, mengikuti ketentutan-ketentuan yang ada. Menghitung dalam arti menghitung membuat merencanakan. Merencanakan dari hulu hingga ke hilir. Terakhir, jangan hitung-hitungan yang artinya ikhlas dalam melakukan sesuatu. Dalam beberapa tahun terakhir, imbuh Yerry, temuan-temuan BPK tidak hanya pada fisik, melainkan turut menimbang aspek kebermanfaatan. Inilah yang disebutnya perencanaan pembangunan aktual. Pendekatan aktual ini yang kemudian menuntut sistem pengendalian internal (SPI). SPI dijalankan secara kedinasan, oleh kepala Bappeda, turun ke sekretaris. Ini seperti waskat atau pengawasan melekat. Cuma kalau waskat pengawasan melekat kepada sendiri, SPI lebih kepada feedback. Lebih kepada pemanfaatan dari hasil perencanaannya, jelas Yerry. Di bagian akhir, Yerry kembali mengajak seluruh staf untuk menyamakan persepsi. Kita mencoba bersama-sama bekerjasama dengan saya. Keberhasilan saya adalah keberhasilan Bapak/Ibu sekalian. Dalam arti, kita sama-sama. Tidak ada yang dominan. Musik tanpa komponis yang indah tak akan menghasilkan lagu yang indah. Saya ingin dengan kebersamaan itu untuk saling menghargai. Tidak ada manusia yang lemah. Manusia pada dasarnya ada kelebihan dan kekurangan, tapi pada hakikatnya kita saling melengkapi, pungkas Yerry.(NJP)