Bandung, Bappeda Jabar.- Pelbagai hambatan dan persoalan terjadi di Jawa Barat, namun persoalan yang terjadi bukan hanya di sektor ekonomi saja, lebih dari itu melibatkan aspek lain seperti pemerintah, politik, pendidikan, budaya, sosial dan pembangunan infrastruktur. Dari semua aspek itu, pelbagai fenomena terkait kebudayaan di Jawa Barat tak kalah penting untuk diselesaikan. Karena itu, Badan Perencanaan Pembangunan (Bappeda) Provinsi Jawa Barat menyambut terbuka kedatangan dan pertemuan Jajaran Pengurus Dewan Kebudayaan Jawa Barat di Kantor Bappeda Jawa Barat, 27 Mei 2016, pukul 09.00 WIB. Kedatangan Dewan Kebudayaan berlanjut pada Dialog dan Diskusi terkait persoalan-persoalan masyarakat dari perspektif kebudayaan di Ruang Sidang A Kantor Bappeda Provinsi Jawa Barat. Kepala Bappeda Provinsi Jawa Ir. H. Yerry Yanuar, MM membuka Dialog dan Diskusi tersebut. Hadir juga pada kesempatan itu, Prof. Dr. Ir. Ganjar Kurnia, Iyus Rusliana, bersama Jajaran Pengurus Dewan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat. Yerry berharap bahwa selain menjadi wahana silaturrahmi, Dewan Kebudayaan dapat mengusulkan dan memberi masukkan formulasi untuk menyelesaikan persoalan-persoalan di Jawa Barat. Potensi sudah ada, tinggal bagaimana kita membuat desain bersama untuk membangun karakter dari pendekatan budaya. Kita formulasikan jadi kebijakan di RKPD dan RPMJD Daerah. Kami pun butuh untuk berdiskusi, jelas Yerry. Menurut Yerry, fenomena yang paradoks sering kali terjadi di daerah terutama di Jawa Barat. Semua aspek kemajuan tidak terjadi bersamaan. Selain persoalan ekonomi, budaya masyarakat juga menjadi penting. Terutama fenomena paradoks, seperti investasi naik, PDRB naik, tapi angka kemiskinan tidak berkurang. Bukan hanya masalah ekonomi semata, ada unsur-unsur budaya yang berpengaruh, lanjut Yerry. (Fajar)