SUMEDANG, (PRLM).-Sejumlah warga Kecamatan Tanjungsari meminta Pemkab Sumedang khususnya Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kabupaten Sumedang, segera membangun jalan layang di persimpangan depan Pasar Tanjungsari dan Alun-alun Kecamatan Tanjungsari. Jalan layang itu solusi mengatasi kemacetan yang terjadi setiap hari di Jalan Tanjungsari. Kemacetan tersebut, selain memperlambat jarak tempuh kendaraan dari arah Bandung-Sumedang dan sebaliknya, juga mengganggu aktivitas masyarakat setempat. Meski Pemkab Sumedang sebelumnya sudah memperlebar ruas Jalan Tanjungsari kiri-kanan satu meter, tetap saja tidak mampu mengatasi kemacetan. Sampai sekarang kemacetan masih terjadi, ujar salah seorang warga Tanjungsari, Abdullah (38) di Tanjungsari, Senin (21/12/2015). Menurut dia, kemacetan di Jalan Tanjungsari, ada di dua titik yakni di persimpangan depan Pasar Tanjungsari dan Alun-alun Tanjungsari. Kemacetan di persimpangan Pasar Tanjungsari, penyebab utamanya karena banyak kendaraan dari arah pasar yang memotong atau menyeberang langsung Jalan Tanjungsari yang setiap harinya padat kendaraan. Selain itu, warga yang mau berbelanja atau pulang dari pasar dengan menyeberang Jalan Tanjungsari, menjadi salah satu faktor penyebab kemacetan tersebut. Kemacetan dan antrean kendaraan, terjadi dari arah Jatinangor ke Sumedang. Kemacetannya, dari mulai Jatinangor sampai di depan Pasar Tanjungsari dengan kondisi jalan menanjak. Kemacetannya sangat memprihatinkan, karena setiap harinya banyak kendaraan angkutan berat sekelas truk besar dan tronton yang melintasi Jalan Tanjungsari. Hal yang sama terjadi di persimpangan Alun-alun Kecamatan Tanjungsari. Namun, kemacetannya dari arah sebaliknya yakni dari arah Sumedang menuju Jatinangor. Kemacetannya terjadi dari mulai Pamulihan sampai di depan Alun-alun Tanjungsari, katanya. Guna mengatasi kemacetan tersebut, kata Abdullah, tidak ada cara lain kecuali Pemkab Sumedang harus segera membangun jalan layang di dua persimpangan itu yang melintasi Jalan Tanjungsari. Jalan layang di persimpangan Pasar Tanjungsari, dibangun di jalan kabupaten, yakni dari arah lokasi pasar ke Jalan Kutamandiri. Kendaraan dari pasar yang mau ke Jalan Kutamandiri, tidak lagi memotong Jalan Tanjungsari, melainkan lewat jalan layang tersebut. Begitu juga jalan layang di persimpangan Alun-alun Tanjungsari. Kendaraan dari arah kantor Kecamatan Tanjungsari yang mau ke daerah Sukarapih dan Genteng, tinggal memakai jalan layang. Oleh karena itu, pembangunan jalan layang menjadi solusi kemacetan di Tanjungsari akibat banyaknya persimpangan, terutama di depan Pasar Tanjungsari dan Alun-alun Tanjungsari. Terlebih kalau jalan layang dibangun, biayanya tak terlalu besar karena hanya melintasi Jalan Tanjungsari saja, ucapnya. Menyinggung hal itu, Kepala Dinas Bina Marga dan SDA Kabupaten Sumedang, Sujatmoko mengatakan, membangun jalan layang di persimpangan depan Pasar Tanjungsari dan Alun-alun Tanjungsari, dinilai kurang efektif dan efisien untuk mengatasi kemacetan di Jalan Tanjungsari. Justru yang yang paling efektif, yaitu pembangunan jalan tol Cisumdawu (Cileunyi-Sumedang-Dawuan) yang sedang berlangsung. Apabila kalau jalan tol sudah beroperasi, dipastikan kendaraan terutama kendaraan angkutan berat dari arah Bandung ke Cirebon dan sebaliknya, akan memakai jalan tol. Ketika sebagian besar kendaraan angkutan berat dari arah Bandung-Cirebon dan sebaliknya memakai jalan tol, otomatis akan mengurangi volume kendaraan yang melewati jalan negara di wilayah Sumedang, dari Jatinangor sampai Tomo termasuk Jalan Tanjungsari. Dengan berkurangnya volume kendaraan, dampak positifnya akan mengurangi kemacetan di Jalan Tanjungsari yang terjadi setiap harinya. Jadi, lebih baik mempercepat pembangunan jalan tol ketimbang harus membangun jalan flyover (jalan layang), tuturnya. Contoh konkret pembangunan jalan tol lebih efektif ketimbang jalan layang, kata dia, seperti pengajuan Pemkab Sumedang kepada pemerintah pusat dan provinsi yang ingin membangun jalan flyover dari gerbang tol Cileunyi sampai ke depan Kahatex, Kec. Cimanggung. Jalan layang itu, untuk mengatasi kemacetan dan banjir di Jalan Raya Bandung-Garut, terutama di depan Kahatex. Akan tetapi, pengajuannya tidak disetujui karena pemerintah pusat dan provinsi akan membangun jalan tol Gedebage (Bandung)-Garut-Tasikmalaya-Ciamis-Banjar-Pangandaran. Kemacetan dan banjir yang sering terjadi di depan Kahatex, akan tertangani dengan rencana pembangunan jalan tol di jalur selatan Jabar tersebut. Jadi, pembangunan tol Cisumdawu menjadi solusi untu mengatasi kemacetan di Jalan Tanjungsari. Kami juga berharap supaya pembangunan jalan tol Cisumdawu secepatnya selesai sehingga bisa segera dimanfaatkan oleh para pengguna jalan. Termasuk manfaat lainnya, bisa mengatasi kemacetan di Jalan Tanjungsari, tutur Sujatmoko.