BANDUNG – Bahasa Ibu atau Bahasa Daerah semakin tergerus oleh perkembangan zaman saat ini. Era globalisasi memupus keinginan generasi untuk semakin mencintai kearifan lokal bahasa dalam bertutur kata. Perlu cara berbeda untuk belajar bahasa dalam dunia pendidikan Indonesia. Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher) mengatakan harus ada perubahan orientasi cara belajar bahasa dari hanya sekadar penguasaan tata bahasa menjadi pelestarian bahasa agar tidak lekang dimakan zaman. “Bahasa akan terus kita ajarkan ya. Mungkin akan kita ubah orientasinya, yang asalnya orientasi tata bahasa, orientasinya ujian, untuk mendapatkan nilai. Maka ke depan orientasinya kita ubah, orientasinya adalah terpeliharanya bahasa, bukan ujian, bukan nilai,” ungkap Aher dalam acara peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional di Aula Yayasan Pusat Kebudayaan (YPK), Jl. Naripan No. 9, Kota Bandung, Minggu (19/2/17). “Oleh karena itu, nanti kalau orietasinya adalah terpeliharanya bahasa, maka yang dipentingkan adalah pengucapan, penuturan. Dituturkan saja bahasa makan akan terpelihara secara otomatis,” tambahnya. Dalam acara peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional bertajuk “Mieling Poe Basa Indung sareng Kang Aher” ini, Aher yang didampingi istri Netty Prasetiyani Heryawan sempat didaulat membacakan Carponn. Carponn atau Carita Pondok Naker, yaitu cerita pendek Bahasa Sunda yang disajikan dalam satu atau dua kalimat tamat yang memiliki nilai moral atau humor. Pada kesempatan ini, Aher membacakan Carponn berjudul “Kagegel Oray” (Digigit Ular), sementara Netty baca Carponn berjudul “Doger Monyet”. Melalui baca Carponn ini bisa dijadikan cara belajar bahasa (Bahasa Sunda) dalam bentuk pengucapan secara langsung. Kagegel Oray (Digigit Ular) (Karya: Badruzaman Baza) “Nyai teu kedah nyengceurikan pami Akang ngantunkeun tipayun. Ceuk Oray Welang ka pamajikanana, sanggeus biwirna kagegel ku sorangan” (Ibu tidak perlu bersedih apabila Bapak meninggal dunia lebih dulu. Kata Ular Welang kepada istrinya, setelah bibirnya tergigit sendiri) Doger Monyet (Karya: Badruzaman Baza) “Monyet di kebon binatang garering, alatan loba nu mere Es Doger” (Monyet di kebun binatang sakit, akibat banyak yang memberi Es Doger) Aher juga menyambut baik acara “Mieling Poe Basa Indung sareng Kang Aher”. Acara ini salah satu upaya dalam melestarikan Bahasa Sunda, sebagai salah satu Bahasa Ibu yang ada di Tanah Air. Setiap bahasa di dunia, menurut Aher memiliki keindahan tata bahasa masing-masing yang harus dipelihara. “Sebab keindahan bahasa itu spesial. Artinya keindahan bahasa yang ada pada Bahasa Sunda berbeda dengan bahasa lainnya, juga sebaliknya. Karena spesial, spesifik, maka tidak ada kata lain kecuali kita harus ngamumule (memelihara) dengan baik supaya tidak punah,” lanjutnya. Pemprov Jawa Barat juga telah memperhatikan pelestarian Bahasa Sunda dalam bentuk Peraturan Daerah (Perda). Perda Nomor 14 Tahun 2014 merupakan revisi Perda Nomor 5 Tahun 2003 sebagai payung hukum dalam pelestarian bahasa, sastra, dan tulisan daerah Bahasa Sunda. Selain itu, momentum alih kelola SMA/SMK kepada Pemerintah Provinsi juga bisa menjadi upaya lain dalam pelestarian Bahasa Sunda di sekolah-sekolah. Karena hal tersebut semakin memudahkan kurikulum belajar Bahasa Sunda yang bisa diseragamkan di SMA/SMK di seluruh Jawa Barat. “Silahkan urusan Bahasa Sunda mau dibagaimanakan, silahkan koordinasi dengan Balai Bahasa, Grup Carponn, dan semuanya yang memperhatikan Bahasa Sunda, silahkan. Mudah-mudahan bisa memelihara Bahasa Sunda – sekarang se-provinsi bisa seragam kebijakannya,” pungkas Aher dalam sambutannya di acara Mieling Poe Basa Indung sareng Kang Aher”. Sejak 1999 lalu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menetapkan 21 Februari sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional atau International Mother Languange Day. Peringatan ini dicetuskan sebagai upaya untuk melestarikan keberadaan Bahasa Ibu atau Bahasa Daerah yang ada di seluruh dunia. (Humas Jabar)